BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
mengatasi masalah-masalah ekonomi kubu keynesian lebih menyukai kebijaksanaan
fiskal yg bersifat ekspansif. Sementara itu, kubu monetaris lebih menyukai
kebijaksanaan moneter yg kontraktif-konservatif. Namun keduanya sama-sama
melihat perekonomian dari sisi permintaan. Aliran sisi penawaran percaya bahwa
yg harus diberi perhatian utama bukan segi permintaan seperti yg dilakukan kubu
keynesian maupun monetaris melainkan sisi penawaran. Motto kerja aliran sisi
penawaran, lebih baik meningkatkan pendapatan nasional melalui pemanfaatan
sumber daya penuh, daripada mencoba menekan atau meredakan fluktuasi ekonomi.
Kesempatan kerja penuh sangat besar artinya bagi pemikir-pemikir aliran sisi
penawaran. Dalam mengatasi inflasi dan pengangguran, jalur yg ditempuh oleh
aliran sisi penawaran melalui program penurunan pajak. Alasannya turunnya pajak
akan menambah gairah investasi, yg akan mendorong peningkatan dalam produksi.
Dengan meningkanya produksi, masalah pengangguran dapat diatasi, dan sekaligus
inflasi dapat diredakan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis mempunyai
rumusan masalah sebagai berikut :
1)
Bagaimanakah aliran Keynesian dan aliran
Monetaris dalam ekonomi makro?
2)
Bagaimanakah perkembangan ilmu ekonomi
makro klasik baru?
3)
Bagaimanakah evaluasi ilmu ekonomi dari
sisi-penawaran?
1.3 Tujuan
Masalah
1)
Untuk mendeskripsikan aliran Keynesian dan
aliran Monetaris dalam ekonomi makro
2)
Untuk mendeskripsikan perkembangan ilmu
ekonomi makro klasik baru
3)
Untuk mendeskripsikan evaluasi ilmu ekonomi
dari sisi-penawaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Ekonomi Keynesian
General Theory of Employment,
Interest and Money, karya John Maynard Keynes, yang
diterbitkan pada tahun 1936 tetap merupakan salah satu karya paling penting
dalam ilmu ekonomi. Ilmu keynesian merupakan landasan dari semua ekonomi makro.
Keynes-lah yang pertama-tama menekankan pentingnya permintaan agregat dan
kaitan antara pasar uang dan pasar barang. Dan keynes-lah yang menekankan
masalah kemungkinan adanya kekakuan upah (sticky
wages). Sesungguhnya semua perdebatan dalam materi ini dapat dimengerti
dari segi kerangka pengeluaran agregat/output
agregat yang diusulkan oleh Keynes.
Dalam
tahun-tahun terakhir, istilah Keynesian
telah digunakan secara sempit. Keynes percaya pada aktivis pemerintah federal.
Dia yakin bahwa pemerintah memainkan peran dalam memerangi inflasi secara
pengangguran, dan dia yakin kebijakan fiskal dan moneter hendaknya digunakan
untuk mengelola perekonomian makro. Selama tahun 1970-an dan 1980-an, terbukti
bahwa mengelola perekonomian makro jauh lebih mudah diselesaikan diatas kertas
daripada didalam praktek. Beberapa ahli hanya menyerang kemampuan birokrasi
untuk bertindak secara tepat waktu. Yang lainnya adalah serangan teoritis yang
diklaim untuk menunjukkan bahwa kebijakan fiskal dan moneter tidak mempunyai
akibat apapun terhadap perekonomian, bahkan jika kebijakan itu dikelola secara
efisien.
Dua
aliran utama yang menentang intervensi pemerintah telah mengembangkan : ilmu
ekonomi monetarisme dan klasik baru.
2.2 Monetarisme
Ketidakberhasilan
ajaran-ajaran Keynes dalam memecahkan masalah-masalah yg dihadapi melahirkan
suatu aliran baru yg disebut “aliran Monetaris” yang mengutamakan kebijaksanaan
moneter dalam mengatasi kemelut ekonomi. Istilah ini pertamakali digunakan oleh
Karl Brunner untuk menggambarkan berbagai studi dibidang ekonomi moneter dan
kebijaksanaan moneter.
Aliran
monetaris dalam perkembangannya sejak pertengahan dasawarsa 60 meliputi
berbagai sub aliran yang beraneka ragam. Sejumlah sub aliran masing-masing
memberikan penekanan yang berebeda terhadap peranan bidang moneter dalam
perkembangan ekonomi. Tampaknya memang agak sulit untuk memberi suatu definisi
yang agak baku mengenai ruang lingkup materi dan sifat monetarisme.
Monetarisme merupakan suatu
reformasi (perumusan ulang) dalam wujud yang baru dari teori kuantitas tentang
uang sebagaimana mula-mula dikemukakan oleh Irving Fisher pada abad XX, yang
benih-benihnya sudah terkandung dalam gagasan Jean bodin dari zaman
Pramerkantilis di abad XXI. Sama halnya dengan mazhab Keynes dan Neo Keynes,
golongan Monetaris juga berdasar dari kenyataan adanya ketidak seimbangan sebagai
kecenderungan dalam perkembangan ekonomi.
2.2.1
Kecepatan Peredaran Uang
Dalam praktek, kita menggunakan GDP, bukannya
nilai total semua transaksi dalam perekonomian, untuk mengukur kecepatan,
karena data GDP itu lebih tersedia. Kecepatan pendapatan uang (V) adalah rasio
GDP nominal dengan stok uang (M) :
Jika
nilai barang akhir dan jasa diproduksi dalam satu tahun adalah $6 triliun dan
jika stok uang adalah $1 triliun, maka kecepatan uang adalah $6 triliun ÷ $1
triliun, atau 6,0.
Kita
dapat memperluas devinisi itu dengan mencatat bahwa pendapatan nomianal (GDP)
adalah sama dengan keluaran (pendapatan) riil (Y) kali tingkat harga
keseimbangan (P) :
GDP
= P × Y
Melalui substitusi,
Atau
M
× V = P × Y
2.2.2 Teori Kuantitas Uang
a. Teori Kuantitas dari David Ricardo.
Teori kuantitas David Ricardo adalah teori kuantitas sederhana. David Ricardo mengatakan bahwa nilai tergantung dari jumlah uang yang beredar di masyarakat.Artinya makin banyak jumlah uang yang beredar maka akan semakin tingga harga barang, dan sebaliknya. Jumlah uang beredar dirumuskan:
M = k X P
Ket: M= Money
P = Tingkat harga barang
k = Konstanta
b. Teori Kuantitas Irving Fisher.
Teori Irving Fisher adalah nilai uang sangat dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar, kecepatan peredaran uang dan jumlah barang yang diperdagangkan. Rumus yang digunakan adalah:
M.V = P.T
Ket: M = money
V = Velocity , kecepatan peredaran uang.
P = Price, tingkat harga
T = jumlah barang yang diperdagangkan.
c. Teori Kuantitas DH. Robertson.
Robertson melihat nilai uang dari segi cash balance (jumlah uang yang disimpan untuk persediaan kas atau lama rata-rata uang menganggur). Rumus yang digunakan adalah
M = K x T x P
Ket: M = Money, jumlah uang yang beredar.
T = jumlah barang yang diperdagangkan
P = tingkat harga
K = Lama rata-rata uang menganggur di kas
d. Teori Kuantitas Alfred Marshall.
Alfred Marshall melihat hubungan antara jumlah uang dan pendapatan nasional. Tinggi rendah nilai uang bergantung pada jumlah uang yang disimpan untuk persediaan kas. Rumus:
M = kY
Ket: M = jumlah uang yang beredar.
Y = pendapatan
k =koefisien yang mengatur keseimbangan antara sisi persamaan.
a. Teori Kuantitas dari David Ricardo.
Teori kuantitas David Ricardo adalah teori kuantitas sederhana. David Ricardo mengatakan bahwa nilai tergantung dari jumlah uang yang beredar di masyarakat.Artinya makin banyak jumlah uang yang beredar maka akan semakin tingga harga barang, dan sebaliknya. Jumlah uang beredar dirumuskan:
M = k X P
Ket: M= Money
P = Tingkat harga barang
k = Konstanta
b. Teori Kuantitas Irving Fisher.
Teori Irving Fisher adalah nilai uang sangat dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar, kecepatan peredaran uang dan jumlah barang yang diperdagangkan. Rumus yang digunakan adalah:
M.V = P.T
Ket: M = money
V = Velocity , kecepatan peredaran uang.
P = Price, tingkat harga
T = jumlah barang yang diperdagangkan.
c. Teori Kuantitas DH. Robertson.
Robertson melihat nilai uang dari segi cash balance (jumlah uang yang disimpan untuk persediaan kas atau lama rata-rata uang menganggur). Rumus yang digunakan adalah
M = K x T x P
Ket: M = Money, jumlah uang yang beredar.
T = jumlah barang yang diperdagangkan
P = tingkat harga
K = Lama rata-rata uang menganggur di kas
d. Teori Kuantitas Alfred Marshall.
Alfred Marshall melihat hubungan antara jumlah uang dan pendapatan nasional. Tinggi rendah nilai uang bergantung pada jumlah uang yang disimpan untuk persediaan kas. Rumus:
M = kY
Ket: M = jumlah uang yang beredar.
Y = pendapatan
k =koefisien yang mengatur keseimbangan antara sisi persamaan.
2.2.3
Inflasi Sebagai Fenomena Moneter Murni
Penekanan pokok pandangan monetaris
terletak pada stok uang. Menurut Friedman, perubahan dalam jumlah uang beredar
sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat inflasi dalam jangka
panjang dan perilaku GNP ril dalam
jangka panjang. Friedman menyimpulkan secara umum laju pertumbuhan uang
yg tinggi menyebabkan terjadinya booms & inflasi. Sementara itu, penurunan
dalam laju pertumbuhan uang dapat menimbulkan resesi & kadang-kadang bahkan
juga deflasi.
2.2.4 Perdebatan Monetaris/Keynesian
Juru bicara utama bagi monetarisme selama
beberapa dasawarsa yang lalu adalah Profesor Milton Friedmen, dulunya di University
of Chicago dan sekarang di Hoover Institute di California. Kebanyakan
monetaris, termasuk Friedman, menyalahkan kebanyakan instabilitas perekonomian
pada pemerintahan federal, dengan berargumentasi bahwa inflasi yang dihadapi
oleh Amerika Serikat selama bertahun-tahun itu sebenarnya dapat dihindari jika
The Fed tidak memperluas penawaran uang begitu cepat.
Kebanyakan monetaris tidak mendukung aktivis
kebijakan stabilisasi moneter – yang memperluas penawaran uang selama masa-masa
sulit dan memperlamban pertumbuhan penawaran uang selama masa-masa baik. Kaum
monetaris cenderung skeptis akan kemampuan pemerintahan untuk “mengelola”
perekonomian makro.
Selama bertahun-tahun Friedman mendukung
kebijakan pertumbuhan uang yang perlahan tapi pasti bahwa penawaran uang
hendaknya bertumbuh pada tingkat yang sama dengan pertumbuhan keluaran
(pendapatan) (Y) riil rata-rata. Artinya the Fed hendaknya mengupayakan
kebijakan yang konstan yang mengakomodasikan pertumbuhan riil tetapi bukan
inflasi.
Keynesian dan monetarisme berselisih satu
sama lain. Banyak keynesian mendukung penerapan aplikasi alat kebijakan fiskal
dan moneter yang terkoordinasi untuk mengurangi instabilitas perekonomian –
untuk memerangi inflasi dan pengangguran. Tetapi tidak semua Keynesian mendukung
aktivis pemerintahan federal. Sebagian menolak pandangan monetaris garis keras bahwa perubahan uang
hanya mempengaruhi tingkat harga. Pandangan monetaris mendukung bahwa baik
kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter menghasilkan perbedaan dan pada saat
yang sama kebijakan terbaik yang mungkin diambil oleh pemerintah pada dasarnya
nonintervensionis.
Tiga puluh tahun yang lalu, perdebatan antara
Keynesian dan monetaris merupakan kontroversi utama dalam ilmu ekonomi makro.
Kontroversi tersebut, walaupun masih berlanjut sampai sekarang, tidak lagi
menjadi yang utama. Selama dasawarsa terakhir, fokus pemikiran terbaru dalam
ilmu ekonomi makro beralih ke ilmu ekonomi makro klasik baru (neo klasik).
2.3
Ilmu Ekonomi Makro Klasik Baru
2.3.1
Perkembangan Ilmu Ekonomi Makro Klasik Baru
Ilmu ekonomi klasik baru telah berkembang
dari dua sumber yang berbeda namun saling berhubungan. Kedua sumber itu adalah
kritik empiris dan teoritis terhadap ilmu ekonomi makro yang sudah ada atau
tradisional. Pada tingkat teoritis, telah tumbuh ketidakpuasan terhadap model
tradisional dalam memperlakukan harapan. keynes mengakui bahwa harapan-harapan
(dalam bentuk suasana hati wiraswastawan/investor) berperan besar dalam
perilaku ekonomi. Masalahnya dalah model-model tradisional telah mengansumsikan
bahwa harapan-harapan dibentuk dengan cara yang naif. Asumsi umum misalnya
bahwa orang membentuk harapan mereka atas inflasi masa depan dengan
mengansumsikan inflasi sekarang akan terus berlanjut. Jika mereka ternyata
salah, mereka menyesuaikan harapan mereka dengan seperskian bagian dari
perbedaan antara peramalan awal mereka dan tingkat inflasi aktual.
Masalah
yang berhubungan dengan perlakuan harapan itu adalah bahwa perlakuan itu tidak
konsisten dengan asumsi-asumsi ilmu ekonomi mikro. Perlakuan itu
mengimplikasikan bahwa secara sistematis orang mengabaikan informasi yang akan
mereka membuat peramalan lebih baik, walaupun ada biaya untuk terjadinya
kesalahan.
2.3.2
Harapan Rasional dan Meniadakan Kelebihan Pasar
Hipotesis harapan rasional adalah
hipotesis bahwa orang mengetahui “model yang benar” mengenai perekonomian dan
bahwa mereka menggunakan model itu untuk membentuk harapan mereka tentang masa
depan.
Jika
perusahaan-perusahaan memiliki harapan rasional dan mereka menetapkan harga dan
upah berdasarkan itu, maka secara rata-rata harga dan upah akan ditetapkan pada
tingkat yang menjamin terjadinya keseimbangan di pasar barang dan pasar tenaga
kerja. Bila perusahaan memiliki harapan rasional, mengakui kurva permintaan
untuk keluarannya dan kurva penawaran tenaga kerja yang dihadapinya, kecuali
bila muncul goncangan-goncangan acak yang merusakkan kurva kurv itu. Oleh
karena itu, secara rata-rata perusahaan akan menetapkan harga dan upah yang
meniadakan kelebihan di pasar. Jika perusahaan mengetahui model yang benar,
maka tidak akan menetapkan upah yang berbeda dengan yang diharapkannya untuk
menarik sejumlah pekerja yang diinginkan. Jika semua perusahaan berperilaku
demikian maka upah akan ditetapkan sehingga jumlah tenaga total yang ditawarkan
secara rata-rata akan sama dengan jumlah tenaga kerja total yang diminta oleh
perusahaan. Dengan kata lain, rata-rata tidak ada kata pengangguran.
2.3.3
Fungsi Penawaran Lucas
Fungsi penawaran Lucas, yang memakai nama
E. Lucas dari University of Chicago, merupakan bagian peting dari sejumlah
teori ekonomi makro klasik baru. Fungsi itu menghasilkan kesimpulan kebijakan
yang mengatakan keluaran riil (Y) tergantung pada (merupakan fungsi dari)
perbedaan antara tingkat harga aktual (P) dan tingkat harga yang diharapkan (Pe):
Y= f(P-Pe)
Tingkat
harga aktual minus tingkat harga yang diharapkan (P-Pe) tersebut dinamakan
goncangan harga.
2.3.4
Implikasi Kebijakan Fungsi Penawaran Lucas
Fungsi penawaran Lucas, bersama-sama
dengan asumsi bahwa harapan adalah rasional, mengimplikasikan bahwa perubahan
kebijakan yang diantisipasi tidak mempunyai akibat terhadap keluaran riil.
Contohnya, perubahan kebijakan moneter. Pada umunnya, perubahan itu memiliki
beberapa akibat terhadap tingkat harga rata-rata. Jika perubahan kebijakan itu
diumumkan pada masyarakat, maka orang mengetahui apa akibatnya terhadap tingkat
harga, karena masyarakat memiliki harapan yang rasional. Hal ini berarti
perubahan kebijakan moneter mempengaruhi baik tingkat harga aktual maupun tingkat
harga yang diharapkan adalah nol atau tidak ada goncangan harga. Dalam kasus
semacam itu, tidak ada perubahan keluaran riil, karena fungsi penawaran Lucas
menyatakan bahwa keluaran riil dapat berubah dari tingkatnya yang tetap hanya
tidak ada goncangan harga.
2.3.5
Teori Siklus Bisnis Riil
Teori siklus riil merupakan upaya untuk
menjelaskan fluktuasi siklus bisnis berdasarkan asumsi-asumsi fleksibilitas
upah dan harga secara penuh serta harapan-harapan rasional. Teori ini
menekankan goncangan karena teknologi dan goncangan-goncangan lain.
Menurut teori ini, fluktuasi ekonomi
seharusnya dijelaskan sambil mempertahankan asumsi model klasik, yang
mengasumsikan bahwa harga sepenuhnya fleksibel, bahkan dalam jangka pendek.
Hampir seluruh analisis mikroekonomi didasarkan pada alasan bahwa harga
disesuaikan dengan clear markets, dan para pendukung teori suklus bisnis
riil menyatakan bahwa analisis makroekonomi harus didasarkan pada asumsi yang
sama dengan teori mikroekonomi. Teori siklus bisnis riil mengasumsikan fleksibilitas
harga sepenuhnya, dalam teori ini variabel-variabel nominal, seperti jumlah
uang beredar dan tingkat harga tidak mempengaruhi variabel riil seperti output
dan kesempatan kerja. Teori ini menekankan perubahan-perubahan riil dalam
perekonomian seperti perubahan teknologi. Berbeda dengan teori siklus bisnis
riil, teori keynesian baru mengemukakan bahwa harga dalam jangka pendek
bersifat kaku, dan para penganut teori keynesian baru percaya bahwa kebijakan
moneter dan fiskal harus digunakan untuk menstabilkan perekonomian. Kekakuan
harga adalah bentuk ketidaksempurnaan pasar, dan itu membuka kemungkinan bahwa
kebijakan pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi seluruh
masyarakat. Sebaliknya, teori siklus bisnis riil menyatakan bahwa pengaruh
pemerintah terhadap perekonomian terbatas, dan bahkan walaupun mampu
menstabilkan perekonomian, pemerintah seharusnya tidak mencobanya. Menururut
teori ini, turun-naiknya siklus bisnis adalah tanggapan perekonomian yang wajar
dan efisien terhadap kemungkinan perubahan teknologi. Dalam model ini, “tangan
ajaib” pasar menuntun perekonomian menuju alokasi sumber daya yang optimal.
Kedua teori tersebut saling bertentangan satu sama lain, sehingga memunculkan
empat isu dasar yang menjadi pusat perdebatan:
1. Interpretasi Pasar Tenaga Kerja
Teori siklus
bisnis menekankan gagasan bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan selama
waktu tertentu bergantung pada insentif yang diterima para pekerja. Ketika para
pekerja dihargai dengan baik, mereka akan bekerja lebih lama; bila penghargaan
atas hasil kerja kurang, mereka akan sengaja membuang-buang waktu. Terkadang,
jika penghargaan cukup kecil, para pekerja akan enggan untuk bekerja
samasekali, setidaknya untuk sementara waktu. Keinginan untuk merelokasi jam
kerja disebut subtitusi tenaga kerja antar waktu. Menurut teori siklus
bisnis riil, seluruh pekerja menggunakan analisis biaya-manfaat ketika
memutuskan apakah mereka akan bekerja atau menikmati waktu senggang. Teori
siklus bisnis riil menggunakan subtitusi tenaga kerja antar waktu untuk
menjelaskan mengapa kesempatan kerja dan output berfluktuasi. Guncangan
terhadap perekonomian yang menyebabkan tingkat bunga naik atau upah secara
temporer meningkat menyebabkan orang ingin bekerja, meningkatnya semangat kerja
meningkatkan kesempatan kerja dan produksi. Sedangkan menurut teori keynesian
baru, menyatakan bahwa upah tidak menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan
penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja. Para penganut teori
keynesian baru beranggapan bahwa kesempatan kerja sangat tidak sensitif
terhadap upah riil dan tingkat bunga riil.
2. Pentingnya
Guncangan Teknologi
Teori siklus bisnis riil mengasumsikan bahwa fluktuasi
dalam hal tekhnologi menyebabkan fluktuasi dalam output dan kesempatan kerja.
Ketika teknologi berkembang, maka perekonomian akan menghasilkan lebih banyak
output dan upah riil akan naik. Dengan adanya subtitusi tenaga kerja antar
waktu, maka teknologi juga akan menciptakan kesempatan kerja yang lebih banyak.
Menurut teori ini, resesi yang menyebabkan output dan kesempatan kerja turun
adalah karena kemunduran teknologi. Namun menurut para pengkritiknya
berpendapat bahwa secara bertahap akumulasi pengetahuan memang akan melambat,
tetapi suatu kemunduran pengetahuan yang menyebabkan kemunduran teknologi
adalah tidak masuk akal. Kemudian para pendukung teori siklus bisnis
menanggapinya dengan memandang guncangan teknologi secara luas, bahwa ada
banyak peristiwa alamiah yang memang tidak berhubungan dengan teknologi
mempengaruhi perekonomian seperti halnya guncangan teknologi. Contohnya adalah
faktor cuaca yang buruk yang dapat menekan perubahan teknologi.
3. Netralitas
Uang
Teori siklus
bisnis riil mengasumsikan bahwa uang dalam suatu perekonomian jangka pendek
adalah netral. Artinya, kebijakan moneter diasumsikan tidak mempengaruhi variabel-variabel
seperti riil output dan kesempatan kerja. Para pengkritik teori ini berpandapat
bahwa pada saat terjadi penurunan pertumbuhan uang dan inflasi selalu berkaitan
dengan masa pengangguran tinggi, singkatnya para pengkritik berpendapat bahwa
kebijakan moneter sangat berpengaruh terhadap perekonomian riil.
4. Fleksibilitas
Upah dan Harga
Teori siklus bisnis riil mengansumsikan bahwa upah dan
harga disesuaikan dengan cepat untuk “membersihkan pasar”. Para pendukung teori
ini percaya bahwa ketidaksempurnaan pasar dari upah dan harga yang kaku tidak
penting untuk memahami fluktuasi ekonomi. Mereka juga percaya bahwa asumsi
harga fleksibel lebih unggul secara metodologis dibanding asumsi harga kaku,
karena asumsi itu mengaitkan teori makroekonomi lebih dekat ke teori
mikroekonomi.
2.4 Ilmu
Ekonomi Sisi-Penawaran
Tahun 1970-an merupakan masa yang
sulit bagi perekonomian AS. Pada tahun 1970-an sampai 1975 Amerika Serikat
mengalami stagflasi, pengangguran dan inflasi yang tinggi. Pada akhir tahun
1970-an inflasi kembali ke tingkat tinggi seperti pada tahun 1974 sampai 1975.
Tampaknya seolah-olah para pembuat kebijkan tidak mampu mengontrol siklus
bisnis. Akibat dari apa yang kelihatannya gagal itu, perekonomian ortodoks
diserang. Satu serangan datang dari kelompok ahli ekonomi yang menguraikan
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesimpulannya,
pemikir-pemikir aliran sisi penawaran mempercayai bahwa dampak positif
penggunaan dana sendiri oleh swasta terhadap peningkatan output
nasional,perluasan kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
lebih besar dibandingkan dengan keadaan ketika pajak dikumpulkan terlebih
dahulu untuk kemudian dialokasikan oleh pemerintah untuk berbagai program
pembangunan Pendekatan sisi penawaran lebih dianggap sebagai perkembangan dlm
kebijaksanaan ekonomi daripada teori ekonomi. Hal ini tidak lain karena
pendekatan sisi penawaran ini tidak dianggap sebagai teori umum sebagaimana yang
ada pada teori-teori Klasik atau Keynes.
DAFTAR PUSTAKA
Fair & Case. 2009. Prinsip-Prinsip
Ekonomi Makro. PT. Indeks: Jakarta
Hasyim, Muhammad. 2012.Teori Siklus Bisnis Riil. (Online),
(http://hasyimibnuabbas.blogspot.co.id/2012/04/teori-siklus-bisnis-riil.html),
diakses 01 Desember 2015.
Cendekia, Mitra. 2011.Pemikiran Ekonomi Makro. (Online),
(http://mitracendekia9.blogspot.co.id/2011/12/es-b-pemikiran-ekonomi-makro.html),
diakses 01 Desember 2015.
0 comments:
Posting Komentar