Rabu, 21 September 2016

PERDEBATAN DALAM ILMU EKONOMI MAKRO: MONETARISME, TEORI KLASIK BARU, DAN ILMU EKONOMI SISI-PENAWARAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi kubu keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yg bersifat ekspansif. Sementara itu, kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yg kontraktif-konservatif. Namun keduanya sama-sama melihat perekonomian dari sisi permintaan. Aliran sisi penawaran percaya bahwa yg harus diberi perhatian utama bukan segi permintaan seperti yg dilakukan kubu keynesian maupun monetaris melainkan sisi penawaran. Motto kerja aliran sisi penawaran, lebih baik meningkatkan pendapatan nasional melalui pemanfaatan sumber daya penuh, daripada mencoba menekan atau meredakan fluktuasi ekonomi. Kesempatan kerja penuh sangat besar artinya bagi pemikir-pemikir aliran sisi penawaran. Dalam mengatasi inflasi dan pengangguran, jalur yg ditempuh oleh aliran sisi penawaran melalui program penurunan pajak. Alasannya turunnya pajak akan menambah gairah investasi, yg akan mendorong peningkatan dalam produksi. Dengan meningkanya produksi, masalah pengangguran dapat diatasi, dan sekaligus inflasi dapat diredakan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis mempunyai rumusan masalah sebagai berikut :
1)      Bagaimanakah aliran Keynesian dan aliran Monetaris dalam ekonomi makro?
2)      Bagaimanakah perkembangan ilmu ekonomi makro klasik baru?
3)      Bagaimanakah evaluasi ilmu ekonomi dari sisi-penawaran?

1.3  Tujuan Masalah
1)      Untuk mendeskripsikan aliran Keynesian dan aliran Monetaris dalam ekonomi makro
2)      Untuk mendeskripsikan perkembangan ilmu ekonomi makro klasik baru
3)      Untuk mendeskripsikan evaluasi ilmu ekonomi dari sisi-penawaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ekonomi Keynesian
General Theory of Employment, Interest and Money, karya John Maynard Keynes, yang diterbitkan pada tahun 1936 tetap merupakan salah satu karya paling penting dalam ilmu ekonomi. Ilmu keynesian merupakan landasan dari semua ekonomi makro. Keynes-lah yang pertama-tama menekankan pentingnya permintaan agregat dan kaitan antara pasar uang dan pasar barang. Dan keynes-lah yang menekankan masalah kemungkinan adanya kekakuan upah (sticky wages). Sesungguhnya semua perdebatan dalam materi ini dapat dimengerti dari segi kerangka pengeluaran agregat/output agregat yang diusulkan oleh Keynes.
Dalam tahun-tahun terakhir, istilah Keynesian telah digunakan secara sempit. Keynes percaya pada aktivis pemerintah federal. Dia yakin bahwa pemerintah memainkan peran dalam memerangi inflasi secara pengangguran, dan dia yakin kebijakan fiskal dan moneter hendaknya digunakan untuk mengelola perekonomian makro. Selama tahun 1970-an dan 1980-an, terbukti bahwa mengelola perekonomian makro jauh lebih mudah diselesaikan diatas kertas daripada didalam praktek. Beberapa ahli hanya menyerang kemampuan birokrasi untuk bertindak secara tepat waktu. Yang lainnya adalah serangan teoritis yang diklaim untuk menunjukkan bahwa kebijakan fiskal dan moneter tidak mempunyai akibat apapun terhadap perekonomian, bahkan jika kebijakan itu dikelola secara efisien.
Dua aliran utama yang menentang intervensi pemerintah telah mengembangkan : ilmu ekonomi monetarisme dan klasik baru.
2.2  Monetarisme
Ketidakberhasilan ajaran-ajaran Keynes dalam memecahkan masalah-masalah yg dihadapi melahirkan suatu aliran baru yg disebut “aliran Monetaris” yang mengutamakan kebijaksanaan moneter dalam mengatasi kemelut ekonomi. Istilah ini pertamakali digunakan oleh Karl Brunner untuk menggambarkan berbagai studi dibidang ekonomi moneter dan kebijaksanaan moneter.
Aliran monetaris dalam perkembangannya sejak pertengahan dasawarsa 60 meliputi berbagai sub aliran yang beraneka ragam. Sejumlah sub aliran masing-masing memberikan penekanan yang berebeda terhadap peranan bidang moneter dalam perkembangan ekonomi. Tampaknya memang agak sulit untuk memberi suatu definisi yang agak baku mengenai ruang lingkup materi dan sifat monetarisme.
Monetarisme merupakan suatu reformasi (perumusan ulang) dalam wujud yang baru dari teori kuantitas tentang uang sebagaimana mula-mula dikemukakan oleh Irving Fisher pada abad XX, yang benih-benihnya sudah terkandung dalam gagasan Jean bodin dari zaman Pramerkantilis di abad XXI. Sama halnya dengan mazhab Keynes dan Neo Keynes, golongan Monetaris juga berdasar dari kenyataan adanya ketidak seimbangan sebagai kecenderungan dalam perkembangan ekonomi.
2.2.1  Kecepatan Peredaran Uang
Dalam praktek, kita menggunakan GDP, bukannya nilai total semua transaksi dalam perekonomian, untuk mengukur kecepatan, karena data GDP itu lebih tersedia. Kecepatan pendapatan uang (V) adalah rasio GDP nominal dengan stok uang (M) :
Jika nilai barang akhir dan jasa diproduksi dalam satu tahun adalah $6 triliun dan jika stok uang adalah $1 triliun, maka kecepatan uang adalah $6 triliun ÷ $1 triliun, atau 6,0.
Kita dapat memperluas devinisi itu dengan mencatat bahwa pendapatan nomianal (GDP) adalah sama dengan keluaran (pendapatan) riil (Y) kali tingkat harga keseimbangan (P) :
GDP = P × Y
Melalui substitusi,
Atau
M × V = P × Y
2.2.2 Teori Kuantitas Uang
           a. Teori Kuantitas dari David Ricardo.
                Teori kuantitas David Ricardo  adalah teori kuantitas sederhana. David Ricardo mengatakan bahwa nilai tergantung dari jumlah uang yang beredar di masyarakat.Artinya makin banyak jumlah uang yang beredar maka akan semakin tingga harga barang, dan sebaliknya. Jumlah uang beredar dirumuskan:
                M = k X P
                Ket: M= Money
                        P = Tingkat harga barang
                        k = Konstanta

           b. Teori Kuantitas Irving Fisher.
                Teori Irving Fisher adalah nilai uang sangat dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar, kecepatan peredaran uang dan jumlah barang yang diperdagangkan. Rumus yang digunakan adalah:
                M.V = P.T
                Ket: M = money
                        V = Velocity , kecepatan peredaran uang.
                        P = Price, tingkat harga
                        T = jumlah barang yang diperdagangkan.

           c. Teori Kuantitas DH. Robertson.
                Robertson melihat nilai uang dari segi cash balance (jumlah uang yang disimpan untuk persediaan kas atau lama rata-rata uang menganggur). Rumus yang digunakan adalah
                M = K x T x P
                Ket: M = Money, jumlah uang yang beredar.
                        T  = jumlah barang yang diperdagangkan
                        P  = tingkat harga
                        K = Lama rata-rata uang menganggur di kas

            d. Teori Kuantitas Alfred Marshall.
                 Alfred Marshall melihat hubungan antara jumlah uang dan pendapatan nasional. Tinggi rendah nilai uang bergantung pada jumlah uang yang disimpan untuk persediaan kas. Rumus:
                 M = kY
                 Ket: M = jumlah uang yang beredar.
                        Y  = pendapatan
                         k  =koefisien yang mengatur keseimbangan antara sisi persamaan.
2.2.3 Inflasi Sebagai Fenomena Moneter Murni
Penekanan pokok pandangan monetaris terletak pada stok uang. Menurut Friedman, perubahan dalam jumlah uang beredar sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat inflasi dalam jangka panjang dan perilaku GNP ril dalam  jangka panjang. Friedman menyimpulkan secara umum laju pertumbuhan uang yg tinggi menyebabkan terjadinya booms & inflasi. Sementara itu, penurunan dalam laju pertumbuhan uang dapat menimbulkan resesi & kadang-kadang bahkan juga deflasi.
2.2.4 Perdebatan  Monetaris/Keynesian
Juru bicara utama bagi monetarisme selama beberapa dasawarsa yang lalu adalah Profesor Milton Friedmen, dulunya di University of Chicago dan sekarang di Hoover Institute di California. Kebanyakan monetaris, termasuk Friedman, menyalahkan kebanyakan instabilitas perekonomian pada pemerintahan federal, dengan berargumentasi bahwa inflasi yang dihadapi oleh Amerika Serikat selama bertahun-tahun itu sebenarnya dapat dihindari jika The Fed tidak memperluas penawaran uang begitu cepat.
Kebanyakan monetaris tidak mendukung aktivis kebijakan stabilisasi moneter – yang memperluas penawaran uang selama masa-masa sulit dan memperlamban pertumbuhan penawaran uang selama masa-masa baik. Kaum monetaris cenderung skeptis akan kemampuan pemerintahan untuk “mengelola” perekonomian makro.
Selama bertahun-tahun Friedman mendukung kebijakan pertumbuhan uang yang perlahan tapi pasti bahwa penawaran uang hendaknya bertumbuh pada tingkat yang sama dengan pertumbuhan keluaran (pendapatan) (Y) riil rata-rata. Artinya the Fed hendaknya mengupayakan kebijakan yang konstan yang mengakomodasikan pertumbuhan riil tetapi bukan inflasi.
Keynesian dan monetarisme berselisih satu sama lain. Banyak keynesian mendukung penerapan aplikasi alat kebijakan fiskal dan moneter yang terkoordinasi untuk mengurangi instabilitas perekonomian – untuk memerangi inflasi dan pengangguran. Tetapi tidak semua Keynesian mendukung aktivis pemerintahan federal. Sebagian menolak pandangan  monetaris garis keras bahwa perubahan uang hanya mempengaruhi tingkat harga. Pandangan monetaris mendukung bahwa baik kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter menghasilkan perbedaan dan pada saat yang sama kebijakan terbaik yang mungkin diambil oleh pemerintah pada dasarnya nonintervensionis.
Tiga puluh tahun yang lalu, perdebatan antara Keynesian dan monetaris merupakan kontroversi utama dalam ilmu ekonomi makro. Kontroversi tersebut, walaupun masih berlanjut sampai sekarang, tidak lagi menjadi yang utama. Selama dasawarsa terakhir, fokus pemikiran terbaru dalam ilmu ekonomi makro beralih ke ilmu ekonomi makro klasik baru (neo klasik).
2.3 Ilmu Ekonomi Makro Klasik Baru
2.3.1 Perkembangan Ilmu Ekonomi Makro Klasik Baru
Ilmu ekonomi klasik baru telah berkembang dari dua sumber yang berbeda namun saling berhubungan. Kedua sumber itu adalah kritik empiris dan teoritis terhadap ilmu ekonomi makro yang sudah ada atau tradisional. Pada tingkat teoritis, telah tumbuh ketidakpuasan terhadap model tradisional dalam memperlakukan harapan. keynes mengakui bahwa harapan-harapan (dalam bentuk suasana hati wiraswastawan/investor) berperan besar dalam perilaku ekonomi. Masalahnya dalah model-model tradisional telah mengansumsikan bahwa harapan-harapan dibentuk dengan cara yang naif. Asumsi umum misalnya bahwa orang membentuk harapan mereka atas inflasi masa depan dengan mengansumsikan inflasi sekarang akan terus berlanjut. Jika mereka ternyata salah, mereka menyesuaikan harapan mereka dengan seperskian bagian dari perbedaan antara peramalan awal mereka dan tingkat inflasi aktual.
Masalah yang berhubungan dengan perlakuan harapan itu adalah bahwa perlakuan itu tidak konsisten dengan asumsi-asumsi ilmu ekonomi mikro. Perlakuan itu mengimplikasikan bahwa secara sistematis orang mengabaikan informasi yang akan mereka membuat peramalan lebih baik, walaupun ada biaya untuk terjadinya kesalahan.

2.3.2 Harapan Rasional dan Meniadakan Kelebihan Pasar
Hipotesis harapan rasional adalah hipotesis bahwa orang mengetahui “model yang benar” mengenai perekonomian dan bahwa mereka menggunakan model itu untuk membentuk harapan mereka tentang masa depan.
Jika perusahaan-perusahaan memiliki harapan rasional dan mereka menetapkan harga dan upah berdasarkan itu, maka secara rata-rata harga dan upah akan ditetapkan pada tingkat yang menjamin terjadinya keseimbangan di pasar barang dan pasar tenaga kerja. Bila perusahaan memiliki harapan rasional, mengakui kurva permintaan untuk keluarannya dan kurva penawaran tenaga kerja yang dihadapinya, kecuali bila muncul goncangan-goncangan acak yang merusakkan kurva kurv itu. Oleh karena itu, secara rata-rata perusahaan akan menetapkan harga dan upah yang meniadakan kelebihan di pasar. Jika perusahaan mengetahui model yang benar, maka tidak akan menetapkan upah yang berbeda dengan yang diharapkannya untuk menarik sejumlah pekerja yang diinginkan. Jika semua perusahaan berperilaku demikian maka upah akan ditetapkan sehingga jumlah tenaga total yang ditawarkan secara rata-rata akan sama dengan jumlah tenaga kerja total yang diminta oleh perusahaan. Dengan kata lain, rata-rata tidak ada kata pengangguran.
2.3.3 Fungsi Penawaran Lucas
Fungsi penawaran Lucas, yang memakai nama E. Lucas dari University of Chicago, merupakan bagian peting dari sejumlah teori ekonomi makro klasik baru. Fungsi itu menghasilkan kesimpulan kebijakan yang mengatakan keluaran riil (Y) tergantung pada (merupakan fungsi dari) perbedaan antara tingkat harga aktual (P) dan tingkat harga yang diharapkan (Pe): Y= f(P-Pe)
Tingkat harga aktual minus tingkat harga yang diharapkan (P-Pe) tersebut dinamakan goncangan harga.

2.3.4 Implikasi Kebijakan Fungsi Penawaran Lucas
Fungsi penawaran Lucas, bersama-sama dengan asumsi bahwa harapan adalah rasional, mengimplikasikan bahwa perubahan kebijakan yang diantisipasi tidak mempunyai akibat terhadap keluaran riil. Contohnya, perubahan kebijakan moneter. Pada umunnya, perubahan itu memiliki beberapa akibat terhadap tingkat harga rata-rata. Jika perubahan kebijakan itu diumumkan pada masyarakat, maka orang mengetahui apa akibatnya terhadap tingkat harga, karena masyarakat memiliki harapan yang rasional. Hal ini berarti perubahan kebijakan moneter mempengaruhi baik tingkat harga aktual maupun tingkat harga yang diharapkan adalah nol atau tidak ada goncangan harga. Dalam kasus semacam itu, tidak ada perubahan keluaran riil, karena fungsi penawaran Lucas menyatakan bahwa keluaran riil dapat berubah dari tingkatnya yang tetap hanya tidak ada goncangan harga.

2.3.5 Teori Siklus Bisnis Riil
Teori siklus riil merupakan upaya untuk menjelaskan fluktuasi siklus bisnis berdasarkan asumsi-asumsi fleksibilitas upah dan harga secara penuh serta harapan-harapan rasional. Teori ini menekankan goncangan karena teknologi dan goncangan-goncangan lain.
Menurut teori ini, fluktuasi ekonomi seharusnya dijelaskan sambil mempertahankan asumsi model klasik, yang mengasumsikan bahwa harga sepenuhnya fleksibel, bahkan dalam jangka pendek. Hampir seluruh analisis mikroekonomi didasarkan pada alasan bahwa harga disesuaikan dengan clear markets, dan para pendukung teori suklus bisnis riil menyatakan bahwa analisis makroekonomi harus didasarkan pada asumsi yang sama dengan teori mikroekonomi. Teori siklus bisnis riil mengasumsikan fleksibilitas harga sepenuhnya, dalam teori ini variabel-variabel nominal, seperti jumlah uang beredar dan tingkat harga tidak mempengaruhi variabel riil seperti output dan kesempatan kerja. Teori ini menekankan perubahan-perubahan riil dalam perekonomian seperti perubahan teknologi. Berbeda dengan teori siklus bisnis riil, teori keynesian baru mengemukakan bahwa harga dalam jangka pendek bersifat kaku, dan para penganut teori keynesian baru percaya bahwa kebijakan moneter dan fiskal harus digunakan untuk menstabilkan perekonomian. Kekakuan harga adalah bentuk ketidaksempurnaan pasar, dan itu membuka kemungkinan bahwa kebijakan pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi seluruh masyarakat. Sebaliknya, teori siklus bisnis riil menyatakan bahwa pengaruh pemerintah terhadap perekonomian terbatas, dan bahkan walaupun mampu menstabilkan perekonomian, pemerintah seharusnya tidak mencobanya. Menururut teori ini, turun-naiknya siklus bisnis adalah tanggapan perekonomian yang wajar dan efisien terhadap kemungkinan perubahan teknologi. Dalam model ini, “tangan ajaib” pasar menuntun perekonomian menuju alokasi sumber daya yang optimal. Kedua teori tersebut saling bertentangan satu sama lain, sehingga memunculkan empat isu dasar yang menjadi pusat perdebatan:
1.       Interpretasi Pasar Tenaga Kerja
Teori siklus bisnis menekankan gagasan bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan selama waktu tertentu bergantung pada insentif yang diterima para pekerja. Ketika para pekerja dihargai dengan baik, mereka akan bekerja lebih lama; bila penghargaan atas hasil kerja kurang, mereka akan sengaja membuang-buang waktu. Terkadang, jika penghargaan cukup kecil, para pekerja akan enggan untuk bekerja samasekali, setidaknya untuk sementara waktu. Keinginan untuk merelokasi jam kerja disebut subtitusi tenaga kerja antar waktu. Menurut teori siklus bisnis riil, seluruh pekerja menggunakan analisis biaya-manfaat ketika memutuskan apakah mereka akan bekerja atau menikmati waktu senggang. Teori siklus bisnis riil menggunakan subtitusi tenaga kerja antar waktu untuk menjelaskan mengapa kesempatan kerja dan output berfluktuasi. Guncangan terhadap perekonomian yang menyebabkan tingkat bunga naik atau upah secara temporer meningkat menyebabkan orang ingin bekerja, meningkatnya semangat kerja meningkatkan kesempatan kerja dan produksi. Sedangkan menurut teori keynesian baru, menyatakan bahwa upah tidak menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja. Para penganut teori keynesian baru beranggapan bahwa kesempatan kerja sangat tidak sensitif terhadap upah riil dan tingkat bunga riil.
2.      Pentingnya Guncangan Teknologi
Teori siklus bisnis riil mengasumsikan bahwa fluktuasi dalam hal tekhnologi menyebabkan fluktuasi dalam output dan kesempatan kerja. Ketika teknologi berkembang, maka perekonomian akan menghasilkan lebih banyak output dan upah riil akan naik. Dengan adanya subtitusi tenaga kerja antar waktu, maka teknologi juga akan menciptakan kesempatan kerja yang lebih banyak. Menurut teori ini, resesi yang menyebabkan output dan kesempatan kerja turun adalah karena kemunduran teknologi. Namun menurut para pengkritiknya berpendapat bahwa secara bertahap akumulasi pengetahuan memang akan melambat, tetapi suatu kemunduran pengetahuan yang menyebabkan kemunduran teknologi adalah tidak masuk akal. Kemudian para pendukung teori siklus bisnis menanggapinya dengan memandang guncangan teknologi secara luas, bahwa ada banyak peristiwa alamiah yang memang tidak berhubungan dengan teknologi mempengaruhi perekonomian seperti halnya guncangan teknologi. Contohnya adalah faktor cuaca yang buruk yang dapat menekan perubahan teknologi.
3.      Netralitas Uang
Teori siklus bisnis riil mengasumsikan bahwa uang dalam suatu perekonomian jangka pendek adalah netral. Artinya, kebijakan moneter diasumsikan tidak mempengaruhi variabel-variabel seperti riil output dan kesempatan kerja. Para pengkritik teori ini berpandapat bahwa pada saat terjadi penurunan pertumbuhan uang dan inflasi selalu berkaitan dengan masa pengangguran tinggi, singkatnya para pengkritik berpendapat  bahwa kebijakan moneter sangat berpengaruh terhadap perekonomian riil.

4.      Fleksibilitas Upah dan Harga
Teori siklus bisnis riil mengansumsikan bahwa upah dan harga disesuaikan dengan cepat untuk “membersihkan pasar”. Para pendukung teori ini percaya bahwa ketidaksempurnaan pasar dari upah dan harga yang kaku tidak penting untuk memahami fluktuasi ekonomi. Mereka juga percaya bahwa asumsi harga fleksibel lebih unggul secara metodologis dibanding asumsi harga kaku, karena asumsi itu mengaitkan teori makroekonomi lebih dekat ke teori mikroekonomi.

2.4 Ilmu Ekonomi Sisi-Penawaran
Tahun 1970-an merupakan masa yang sulit bagi perekonomian AS. Pada tahun 1970-an sampai 1975 Amerika Serikat mengalami stagflasi, pengangguran dan inflasi yang tinggi. Pada akhir tahun 1970-an inflasi kembali ke tingkat tinggi seperti pada tahun 1974 sampai 1975. Tampaknya seolah-olah para pembuat kebijkan tidak mampu mengontrol siklus bisnis. Akibat dari apa yang kelihatannya gagal itu, perekonomian ortodoks diserang. Satu serangan datang dari kelompok ahli ekonomi yang menguraikan











BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulannya, pemikir-pemikir aliran sisi penawaran mempercayai bahwa dampak positif penggunaan dana sendiri oleh swasta terhadap peningkatan output nasional,perluasan kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih besar  dibandingkan dengan keadaan ketika pajak dikumpulkan terlebih dahulu untuk kemudian dialokasikan oleh pemerintah untuk berbagai program pembangunan Pendekatan sisi penawaran lebih dianggap sebagai perkembangan dlm kebijaksanaan ekonomi daripada teori ekonomi. Hal ini tidak lain karena pendekatan sisi penawaran ini tidak dianggap sebagai teori umum sebagaimana yang ada pada teori-teori Klasik atau Keynes.













DAFTAR PUSTAKA

Fair & Case. 2009. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro. PT. Indeks: Jakarta
Hasyim, Muhammad. 2012.Teori Siklus Bisnis Riil. (Online), (http://hasyimibnuabbas.blogspot.co.id/2012/04/teori-siklus-bisnis-riil.html), diakses 01 Desember 2015.
Cendekia, Mitra. 2011.Pemikiran Ekonomi Makro. (Online), (http://mitracendekia9.blogspot.co.id/2011/12/es-b-pemikiran-ekonomi-makro.html), diakses 01 Desember 2015.

0 comments:

Posting Komentar