Senin, 24 Mei 2021

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN DI KOTA MALANG

 

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN DI KOTA MALANG

 

Nita Riskiana

Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang

E-mail : nitariskiana86@gmail.com

 

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Tanaman di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang dibutuhkan berupa daftar kelompok tani penerima bantuan kegiatan produksi, produktivitas dan mutu produk pada tanaman pangan, holtikultura dan perkebunan serta produksi hasil panen padi. Tehnik pengumpulan data yang digunakan meliputi tehnik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Tanaman di Kota Malang sudah berjalan cukup bagus melalui intensifikasi pertanian. Analisis deskripsi efektivitas Program Peningkatan Produksi Tanaman diukur menggunakan empat indikator, yaitu efektivitas keseluruhan, produktivitas, pertumbuhan, dan semangat kerja. Dari segi efektivitas keseluruhan, sudah tercapai dengan target apa yang sudah ditetapkan oleh dinas. Untuk indikator produktivitas, tanaman padi mengalami peningkatan yang signifikan. Namun untuk tanaman holtikultura dan perkebunan tidak dapat dihitung secara pasti. Untuk indikator  semangat kerja dapat dikatakan cukup bagus, karena semangat petani menjadi semakin bertambah setelah adanya bantuan dari dinas. Namun masih terdapat kendala pada semangat kerja petani holtikultura karena semangat dalam bekerja hanya tinggi pada awal pelaksanaan program saja. Hal ini disebabkan karena pertanian holtikultura bukan menjadi profesi utama masyarakat perkotaan.

 

Kata Kunci: Efektivitas, Peningkatan Produksi Tanaman.

 

1. Pendahuluan

Potensi alam Indonesia berada pada letak yang strategis bagi penduduk yang sebagian besar menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Dukungan iklim, kesuburan tanah dan hutan sebagai sumber air menyebabkan mayoritas penduduk Indonesia menggantungkan mata pencahariannya sebagai petani. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan dalam menjaga kestabilan ekonomi meskipun kontribusinya terhadap pendapatan nasional lebih kecil dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya (Priyambodo, 2017). Tidak hanya menjaga kestabilan ekonomi, sektor pertanian juga merupakan sumber pangan dan penyediaan lapangan kerja. Potensi pertanian di Indonesia didukung dengan kebijakan pemerintah melalui Nawacita Pemerintahan Joko Widodo tahun 2015-2019. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 mengedepankan kedaulatan pangan sebagai salah satu agenda prioritas nasional khususnya pada agenda prioritas ketujuh yakni “Mewujudkan Kemandirian Ekonomi dengan Menggerakkan Sektor-Sektor Strategis Ekonomi Domestik”.

Kota Malang merupakan salah satu kota yang masih mengembangkan sektor pertanian meskipun potensinya tidak terlalu besar dibandingkan dengan daerah-daerah lain disekitarnya. Kota Malang terdiri dari lima kecamatan yaitu Kecamatan Klojen, Lowokwaru, Blimbing, Sukun, dan Kedungkandang. Hampir seluruh kecamatan di Kota Malang memiliki lahan pertanian, kecuali Kecamatan Klojen yang tidak memiliki lahan pertanian sawah. Sedangkan kecamatan yang memiliki lahan pertanian sawah paling luas yaitu kecamatan Kedungkandang. Komoditi tanaman pangan yang banyak dikembangkan di Kota Malang yaitu padi, jagung, dan kedelai. Saat ini Kota Malang dihadapkan dengan permasalahan ketahanan pangan yang disebabkan oleh konversi lahan. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas pembangunan dan pertambahan penduduk, kebutuhan akan lahan juga semakin meningkat. Sementara itu ketersediaan dan luas lahan tidak berubah. Kondisi tersebut mengakibatkan peningkatan kebutuhan lahan produksi untuk kegiatan produksi lainnya. Dampak dari penyusutan lahan pertanian yang terus-menerus akan menyebabkan produksi hasil pertanian di Kota Malang menjadi menurun. Dengan menurunnya produksi hasil pertanian maka hal ini tentu akan berdampak pada ketahanan pangan di Kota Malang. Dari data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang, stok kebutuhan pangan (beras) Kota Malang hanya mampu mencukupi sekitar sebelas sampai lima belas persen . Hal ini menyebabkan Kota Malang memasok kebutuhan pangan (beras) bergantung pada daerah-daerah lain.

Dengan adanya permasalahan tersebut, Pemerintah Daerah Kota Malang perlu mengambil langkah serius guna menangani masalah ketahanan pangan. Untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu program yang tertera di Renstra (Rencana Strategis) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang yaitu Peningkatan Produksi Tanaman. Kegiatan ini dilakukan untuk mengoptimalkan hasil produksi panen agar semakin meningkat meskipun dari tahun ke tahun Kota Malang mengalami penyusutan lahan. Sasaran dari program ini yaitu meningkatkan produk pangan daerah. Beberapa Kecamatan yang menerima bantuan program Peningkatan Produksi Tanaman ini yaitu Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Sukun, Kecamatan Blimbing, dan Kecamatan Lowokwaru. Dengan adanya program tersebut perlu adanya penilaian terhadap pelaksanaan yang telah berjalan pada lokasi penerima bantuan tersebut. Salah satu pengukuran yang dilakukan yaitu dengan menggunakan indikator efektivitas yang meliputi aspek efektivitas keseluruhan, produktivitas, pertumbuhan dan semangat kerja.

 

 

 

 

2. Tinjauan Pustaka

     Konsep Efektivitas

Suatu kegiatan dikatakan efesien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat. Upaya mengevalusi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektivitas. Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan Sutrisno (2010:123) bahwa keberhasilan organisasi pada umumnya diukur dengan konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dann manajemen organisasi atau tidak.

Efektivitas adalah sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai semua sasaran. Definisi efektivitas juga bisa pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya (Steers, 1985:46).

Indikator Efektivitas

Indikator efektivitas dapat diukur melalui beberapa tahapan:

(1)         Efektivitas Keseluruhan, yaitu sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai semua sasarannya.

(2)         Produktivitas, yaitu kuantitas atau volume dari produk atau jasa pokok yang dihasilkan organisasi. Dapat diukur menurut tiga tingkatan yakni tingkatan individual, kelompok dan keseluruhan organisasi.

(3)         Efisiensi, yaitu sesuatu yang mencerminkan perbandingan antara beberapa aspek unit terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut.

(4)         Laba, yaitu penghasilan atau penanaman modal yang dipakai untuk menjalankan organisasi. Jumlah dari sumber daya yang masih tersisa setelah semua biaya dan kewajiban dipenuhi, kadang-kadang dinyatakan dalam presentase.

(5)         Pertumbuhan, yaitu penambahan dalam hal-hal seperti tenaga kerja, fasilitas yang ada dalam organisasi, harga, penjualan, laba, modal, bagian, pasar dan penemuan-penemuan baru. Suatu perbandingan antara keadaan organisasi sekarang dengan keadaan masa sebelumnya.

(6)         Stabilitas, yaitu pemeliharaan sktuktur, fungsi dan sumberdaya sepanjang waktu, khususnya dalam periode-periode sulit.

(7)         Semangat kerja, yaitu kecenderungan anggota organisasi berusaha lebih keras mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang meliputi perasaan terikat, kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki.

(8)         Kepuasaan, yaitu kompensasi atau timbal balik positif yang dirasakan sesorang atas peranan atas pekerjaannya dalam organisasi.

(9)         Penerimaan tujuan organisasi, yaitu diterimanya tujuan-tujuan organisasi oleh setiap pribadi dan oleh unit-unti dalam organisasi, kepercayaan mereka bahwa tujuan organisasi tersebut adalah benar dan layak

(10)     Keterpaduan, konflik-konflik, kekompakan yaitu dimensi berkutup dua. Yang dimaksud kutub keterpaduan adalah fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama lain, bekerja sama dengan baik, berkomunikasi sepenuhnya dan secara terbuka, dan mengkoordikan usaha kerja mereka. Pada kutub yang lain terdapat oraganisasi penuh pertengkaran baik dalam bentuk kata-kata maupun secara fisik, koordinasi yang buruk, dan berkomunikasi yang tidak efektif.

(11)     Keluwesan adaptasi, yaitu kemampuan organisasi untuk mengubah standar operasi prosedur (SOP) guna menyesuaikan diri terhadap perubahan.

(12)      Penilaian oleh pihak luar, yaitu penilaian mengenai oraganisasi atau unit organisasi oleh mereka (individu atau oraganisasi) dalam lingkungannya, yaitu pihak-pihak dengan siapa organisasi ini berhubungan (Steers, 1995:47)

 

3. Metode Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskripstif kualitatif. Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang mengacu pada informan yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber data yang telah ada seperti catatan, referensi buku, atau dokumentasi, publikasi pemerintah. Dalam hal ini data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan Kepala Seksi Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan serta Koordinator Penyuluh Pertanian di Kota Malang. Berkaitan dengan hal tersebut data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Efektivitas Keseluruhan. Pada indikator efektivitas keseluruhan dilakukan dengan melihat data target dari dinas tentang lokasi, kelompok tani penerima bantuan, bantuan yang diberikan, serta distribusi bantuan.

2. Produktivitas. Pada indikator produktivitas dilakukan dengan melihat data hasil produksi panen tanaman yang ada di Kota Malang pada setiap masing-masing kecamatan.

3. Pertumbuhan. Pada indikator pertumbuhan data yang digunakan yaitu dengan melihat pada penambahan fasilitas yang diterima oleh masing-masing kelompok tani penerima bantuan yang ada di lima kecamatan di Kota Malang.

4. Semangat Kerja. Pada indikator semangat kerja dilihat melalui kinerja kelompok tani penerima bantuan melalui wawancara langsung dengan koordinator di masing-masing kecamatan di Kota Malang.

 

 

4. Hasil dan Pembahasan

Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Tanaman

Program Peningkatan Produksi Tanaman dilatarbelakangi karena menyusutnya lahan pertanian di Kota Malang dari tahun ke tahun. Semakin pesatnya aktivitas pembangunan menyebabkan banyaknya lahan-lahan pertanian menjadi sasaran untuk dijadikan perumahan, pusat perbelanjaan dan aktivitas lainnya. Dari data Badan Pusat Statistik Kota Malang, tiap tahun Kota Malang mengalami penyusutan lahan sekitar 30-35 Ha. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus tanpa ada upaya yang serius, maka produksi pertanian di Kota Malang semakin menurun. Akibatnya dalam jangka panjang Kota Malang harus impor bahan pangan dari daerah lain. Dengan sisa lahan pertanian yang masih ada, keberadaannya harus tetap dilestarikan untuk pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Program Peningkatan Produksi Tanaman ini merupakan program yang termasuk program prioritas di Rencana Strategis (Renstra).

Program Peningkatan Produksi Pertanian memiliki tiga kegiatan yaitu Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Pangan; Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Holtikultura; dan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Perkebunan. Pada setiap Kecamatan di Kota Malang tidak memperoleh bantuan yang sama, dikarenakan masing-masing luasan wilayah pertanian dan lahan sawah di Kota Malang berbeda-beda. Hal ini terjadi karena perbedaan prioritas sektor ekonomi yang akan dikembangkan. Contohnya untuk di wilayah Kecamatan Klojen, lahan untuk pertanian maupun lahan tegal hampir tidak ada. Hal ini disebabkan karena pesatnya aktivitas pembangunan infrastruktur di wilayah perkotaan, sehingga menyebabkan lahan pertanian menyusut dari tahun ke tahun bahkan hampir tidak ada. Namun hal ini berbeda dengan wilayah Kecamatan Kedungkandang yang masih lengkap untuk pertanian tanaman pangan, holtikultura, maupun tanaman perkebunan. Hal inilah yang mendasari penerima bantuan program Peningkatan Produksi Pertanian untuk setiap kecamatan berbeda-beda.

Manfaat Program Peningkatan Produksi Tanaman

Dengan adanya bantuan Program Peningkatan Produksi Tanaman di Kota Malang oleh petani padi, holtikultura maupun petani tanaman tebu banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh petani. Diantaranya sebagai berikut.

1. Manfaat Ekonomi. Manfaat ekonomi yang sangat dirasakan petani yaitu dari segi pendapatan. Bantuan pupuk dan benih yang diberikan oleh dinas kepada para petani hasilnya mampu meningkatkan hasil panen. Sebelum adanya bantuan petani hanya menggunakan pupuk dan benih sendiri, setelah ada bantuan dari dinas para petani mulai menggunakan benih yang berlabel, sehingga hal ini berdampak terhadap kualitas dan hasil produksi panen menjadi semakin meningkat. Sehingga otomatis juga akan berdampak terhadap kesejahteraan petani.

2. Manfaat Ilmu Pengetahuan. Manfaat dalam hal pengetahuan yang dapat dirasakan oleh petani yaitu mengenai sistem bertanam yang mulai berubah dari sistem pola lama menjadi sistem Jajar Legowo (Jarwo). Petani mulai menyadari dengan menerapkan sistem pola ini maka dapat meningkatkan hasil panen mereka. Namun meskipun ada pembaruan pada sistem pola tanam yang lebih baik, tidak semua petani dapat menerapkan sistem tersebut dikarenakan masih dipengaruhi faktor kebiasaan petani yang masih terbiasa dengan sistem pola tanam lama yang dianggap lebih mudah daripada menerapkan sistem pola tanam Jarwo (Jajar Legowo). Selain itu, sebelum adanya bantuan disalurkan kepada petani dilakukan sosialisasi oleh spesialisasi di masing-masing kegiatan, yaitu untuk kegiatan pertanian tanaman pagi oleh BPTP dan Petro, untuk tanaman holtikultura oleh Balijestro, dan untuk tanaman tebu oleh Balitas. Selain itu di tiap-tiap kecamatan juga ada penyuluh pertanian. Peran penyuluh pertanian ini sebagai inisiator, juga sebagai fasilitator yang senantiasa memberikan jalan keluar baik dalam menyuluh maupun memberikan kemudahan dalam berusaha tani.

3. Manfaat Kemudahan Fasilitas. Kelengkapan fasilitas seperti benih, pupuk, saprodi, dan alat-alat pertanian yang didapatkan petani di masing-masing kegiatan program memudahkan petani dalam mengolah lahan, mengurangi pajak untuk pembelian, serta dapat mengurangi tenaga kerja di sektor pertanian. Sehingga dengan adanya bantuan dari dinas, petani merasa terbantu dari segi fasilitas untuk kebutuhan usaha tani mereka.

Indikator Efektivitas

Sesuai dengan indikator efektivitas oleh Richard Steers, aspek yang diukur melalui aspek efektivitas keseluruhan, produktivitas, pertumbuhan, dan semangat kerja.

1. Aspek efektivitas keseluruhan yaitu sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai semua sasarannya. Efektivitas keseluruhan dari pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Tanaman berkaitan dengan target dan capaian dinas dalam mencapai sasaran. Target dan capaian dinas ini berkaitan dengan program dan kegiatan yang telah dijalankan. Dalam pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Tanaman ini sudah berjalan sesuai target yang ditentukan oleh dinas. Hal ini terlihat dari serangkaian kegiatan dari Program Peningkatan Produksi Tanaman yang sudah berjalan dengan baik. Kegiatan dari Program Peningkatan Produksi Tanaman ini telah berjalan di masing-masing kecamatan yang telah ditentukan oleh dinas. Bantuan fasilitas dari masing-masing kegiatan seperti kegiatan tanaman pangan, holtikultura, dan tanaman tebu juga sudah terdistribusi pada masing-masing lokasi penerima bantuan sesuai dengan jumlah yang ditentukan oleh dinas. Selain bantuan pemberian fasilitas, kegiatan sosialisasi pada masing-masing kelompok tani penerima bantuan juga telah terealisasi dengan baik, yakni pelaksanaannya sebelum bantuan disalurkan. Kegiatan sosialisasi ini merupakan pendampingan yang dilakukan oleh dinas melalui badan pengkaji sesuai keahliannya dalam menyuluh guna memberikan ilmu pengetahuan kepada para anggota kelompok tani sebelum bantuan disalurkan. Dengan melihat kinerja tersebut dapat dikatakan bahwa dari segi efektivitas keseluruhan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang pada Bidang Produksi Tanaman telah melaksanakan tugas pokoknya dengan baik sesuai dengan target dan capaian yang telah ditentukan.

2. Produktivitas, yaitu kuantitas atau volume dari produk atau jasa pokok yang dihasilkan organisasi. Produktivitas dari pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Tanaman ini berkaitan dengan kuantitas atau produksi hasil panen. Hasil ini terlihat dari sebelum dan setelah adanya bantuan benih dan pupuk dari dinas. Untuk hasil produksi panen padi di masing-masing kecamatan mengalami peningkatan. Pengukuran hasil panen ini dilakukan menggunakan tehnik pengubinan. Caranya yaitu dengan mengalikan luas panen dengan provitas (produksi rata-rata per hektar). Seperti di Kecamatan Kedungkandang sebelum adanya bantuan dari dinas, hasil panen padi hanya berkisar 6-6,3 ton per hektar dalam sekali panen. Namun setelah ada bantuan pupuk dan benih dari dinas hasilnya meningkat menjadi 8-9 ton per hektar dalam sekali panen. Untuk hasil panen di Kecamatan Sukun juga mengalami peningkatan produksi. Sebelum adanya bantuan pupuk dan benih padi dari dinas hasil panen produksi padi hanya sekitar 7-8 ton sekali panen per hektar, namun setelah adanya bantuan meningkat menjadi 11 ton. Hal ini juga terjadi di Kecamatan Lowokwaru, hasil panen padi setelah adanya bantuan dari dinas juga mengalami peningkatan. Dari sebelum adanya bantuan dari dinas, hasil panen padi hanya berkisar 5,8 ton namun setelah ada bantuan meningkat menjadi 6 ton lebih. Untuk Kecamatan Blimbing hasil panen padi juga mengalami peningkatan. Hasil ini terlihat dari peningkatan hasil panen padi sebelum adanya bantuan hanya berkisar 4 ton, namun setelah ada bantuan dari dinas produksi padi meningkat menjadi 5 ton per hektar dalam sekali panen. Hasil peningkatan produksi padi ini dipengaruhi oleh pemilihan pupuk dan benih berlabel dari dinas, dan pola tanam yang menggunakan sistem Jajar Legowo (Jarwo). Dengan menerapkan sistem tanam Jajar Legowo, tanaman akan terpapar sinar matahari secara lebih optimal. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga kualitas gabah juga akan meningkat. Sehingga pola tanam ini dinilai mampu meningkatkan hasil produksi padi.

Untuk hasil panen tanaman holtikultura dari segi produksi tidak bisa diukur secara pasti, karena pengukurannya tidak ada cara yang pasti seperti pada pengukuran produksi tanaman padi. Sehingga pertanian holtikultura dapat dilihat dari segi kemajuan saja. Pembudidayaan tanaman holtikultura ini dapat dikatakan maju apabila petani bisa swadaya sendiri dari hasil budidaya yang dikembangkan.

Untuk pertanian tebu target produksi juga tidak dapat diketahui secara pasti. Rata-rata petani tebu yang ada di Kecamatan Kedungkandang bekerja sama dengan Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) dan Pabrik Gula setempat. Sehingga untuk mengetahui hasil produksi tanaman tebu sendiri belum dapat diketahui secara pasti.

3. Pertumbuhan, yaitu penambahan dalam hal-hal seperti tenaga kerja, fasilitas yang ada dalam organisasi, harga, penjualan, laba, modal, bagian, pasar dan penemuan-penemuan baru. Suatu perbandingan antara keadaan organisasi sekarang dengan keadaan masa sebelumnya. Pertumbuhan pada pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Tanaman berkaitan dengan penambahan fasilitas yang ada dalam kelompok tani. Bantuan Program Peningkatan Produksi Tanaman diberikan kepada kelompok tani secara bergulir untuk setiap tahun. Hal ini bertujuan untuk pemerataan pemberian fasilitas pertanian guna untuk mempermudah petani dalam berusaha tani. penambahan fasilitas ini dapat dilihat sebelum dan sesudah bantuan diberikan. Program Peningkatan Produksi Tanaman pada kegiatan tanaman pangan berbeda-beda. Jika dibandingkan dengan tahun 2016, sepanjang tahun 2017 penerima bantuan di Kecamatan Kedungkandang bertambah menjadi tiga kelompok tani yaitu Kelompok Tani Makaryo I, Karya Tani dan Tani Harapan. Fasilitas bantuan yang diberikan juga berbeda dari varietas Ciherang menjadi varietas IR 6 dan Cibogo. Sedangkan di Kecamatan Sukun penerima bantuan bertambah dua kelompok tani yaitu Kelompok Tani Mekar Mulyo dan Kelompok Tani Sri Murni. Penambahan fasilitas bantuan hanya berbeda dari segi varietas yaitu dari Ciherang manjadi varietas Cibogo. Di Kecamatan Blimbing penerima bantuan pada kelompok tani tetap, namun hanya berbeda pada varietas yang diberikan, yaitu dari varietas Ciherang manjadi IR 64. Untuk penerima bantuan di Kecamatan Lowokwaru bertambah dua kelompok tani yaitu Kelompok Tani Rukun Makmur dan Sri Lestari. Bantuan yang diberikan pupuk dan benih masing-masing 25 kg, dan varietas yang didapat tetap sama dari tahun 2016. Selain kegiatan pada tanaman pangan, pertumbuhan juga dilihat pada tanaman holtikultura. Dari tahun 2016 penerima bantuan yaitu di Kecamatan Sukun, Lowokwaru, dan Klojen. Pada tahun 2017 penerima bantuan yaitu di Kecamatan Kedungkandang, Klojen, dan Blimbing. Jika dilihat dari tahun 2016 dan 2017 fasilitas yang diberikan sama yaitu tanaman buah dalam pot, benih sayur, media tanam, pupuk NPK, dan jet sprayer. Penambahan fasilitas yang ada pada tahun 2017 yaitu berupa 1 unit green house pada dua kelompok tani yaitu Kelompok Tani Sri Rejeki dan KWT Tani Maju.

Untuk kegiatan pada tanaman tebu, belum dapat dilihat pertumbuhannya pada segi penambahan fasilitas pada kelompok tani. Hal ini disebabkan karena kegiatan pada tanaman tebu masih ada mulai tahun 2017. Namun untuk fasilitas yang diberikan oleh dinas kepada kelompok tani yaitu berupa pupuk organik 1000 kg dan pupuk majemuk 350 kg.

4. Semangat Kerja

Semangat kerja, yaitu kecenderungan anggota organisasi berusaha lebih keras mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang meliputi perasaan terikat, kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki. Dengan adanya bantuan kegiatan dari dinas oleh kelompok tani, petani mendapatkan kemudahan berupa bantuan dan fasilitas yang diberikan. Dengan adanya fasilitas yang diberikan, petani menjadi semakin mudah mengerjakan lahan atau dalam berusaha tani, seperti contoh pada bantuan pupuk dan benih oleh petani tanaman padi. Sebelum ada bantuan mereka harus membeli pupuk dan benih sendiri, namun setelah ada bantuan dari dinas, petani tidak lagi harus memikirkan biaya untuk pembelian pupuk dan benih. Sehingga semangat petani dalam mengolah lahan juga semakin meningkat, karena ada pengurangan biaya tersebut.

Disamping semangat petani yang cukup tinggi, untuk masalah tenaga kerja di sektor pertanian di Kota Malang, masih kurang. Hampir di tiap-tiap kecamatan kendala yang dihadapi yaitu masalah kurangnya tenaga kerja. Hal ini terjadi karena menurunnya minat dalam bertani di kalangan anak muda. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut tenaga di sektor pertanian, khususnya tanaman padi dipekerjakan oleh petani dari wilayah Kabupaten Malang. Sehingga semangat kerja yang tinggi ini cenderung dimiliki oleh petani-petani yang berasal dari wilayah Kabupaten Malang itu saja.

Selain itu pada tanaman holtikultura, semangat kerja ini dapat diukur dari partisipasi mereka yang tinggi dalam membudidayakan tanaman. Keterbatasan lahan pertanian dan kurangnya informasi mengenai budidaya tanaman menyebabkan kurang minatnya masyarakat perkotaan terhadap pertanian. Namun setelah ada bantuan berupa tanaman dalam pot dan macam-macam bibit sayur dan buah, masyarakat perkotaan dapat praktek langsung dalam merawat dan mebudidayakan tanaman holtikultura. Meskipun dalam bertani tanaman holtikultura, masyarakat tidak sepenuhnya menjadi pekerjaan utama namun hal ini menjadi hobi dan kesenangan tersendiri bagi masyarakat perkotaan. Namun disamping adanya semangat kerja yang cukup tinggi dalam membudidayakan tanaman holtikultura tidak sepenuhnya menunjukkan hasil semangat positif. Semangat masyarakat ini hanya menggebu pada awal-awal pelaksanaan program saja, pada minggu-minggu berikutnya semangat petani mulai menurun. Hal ini terjadi karena faktor kesibukan atau pekerjaan yang lebih menjadi prioritas dibanding dengan bertani tanaman holtikultura. Dengan timbulnya masalah tersebut menunjukkan bahwa ada salah satu indikator yang tidak sepenuhnya menunjukkan hasil positif sesuai teori.

 

5. Kesimpulan

Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Tanaman oleh Dinas Pertanian dan dan Ketahanan Pangan Kota Malang sudah berjalan cukup baik. Meskipun lahan pertanian di Kota Malang mengalami penyusutan dari tahun ke tahun, melalui program ini hasil peningkatan produksi tanaman pada masing-masing kecamatan di Kota Malang mengalami peningkatan. Maka dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Tanaman di Kota Malang berhasil melalui intensifikasi pertanian. Bantuan Program Peningkatan Produksi Tanaman di Kota Malang juga bergilir setiap tahun, sehingga bantuan yang diterima kelompok tani bisa merata. Selain itu dengan adanya program ini, wilayah perkotaan yang identik dengan aktivitas pemerintahan, bisnis, dan pusat perbelanjaan, kini telah didukung dengan urban farming, yaitu sistem pertanian berupa pemanfaataan lahan sempit ditengah kota, berupa budidaya tanaman holtikultura seperti sayuran dan buah. Sehingga dengan adanya program ini, maka produksi pangan daerah dapat ditingkatan.

Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Tanaman di Kota Malang oleh Dina Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang telah berjalan cukup efektif sesuai dengan teori Richard Steers yang dilihat dari total ukuran efektivitas. Ukuran efektivitas antara lain produktivitas, pertumbuhan, semangat kerja dan efektivitas keseluruhan. Dari segi produktivitas rata-rata hasil panen padi pada setiap kecamatan penerima bantuan telah mengalami peningkatan yang signifikan. Untuk segi pertumbuhan juga menunjukkan hasil yang lebih baik dengan adanya penambahan fasilitas yang diberikan oleh dinas. Dari segi semangat kerja juga menunjukkan hasil yang positif, yaitu setelah mendapat bantuan dari dinas semangat kerja petani menjadi meningkat. Namun hal ini terkendala dari tenaga kerja yang masih kurang. Rata-rata tenaga kerja petani dipekerjakan dari wilayah Kabupaten Malang yang berlokasi paling dekat dengan Kota Malang. Sehingga rata-rata semangat yang tinggi ini hanya dimiliki oleh pekerja yang bukan berasal dari Kota Malang sendiri. Selain itu untuk tanaman holtikultura, semangat kerja yang dimiliki petani hanya pada awal pelaksanaan program saja, sehingga tidak menujukkan semangat kerja yang berkelanjutan. Hal ini disebabkan karena pertanian holtikultura bukan menjadi profesi utama masyarakat perkotaan.

 

6. Daftar Pustaka

Alfia, Lutfi. 2016. Implementasi Program Peningkatan Produksi Tanaman (Studi Pada Dinas Pertanian Kabupaten Blitar). Jurnal Administrasi Publik. Vol. 2. No. 3. Pp 49-58 November 2016.

 

Andrianto, dkk. 2017. Implementation Analysis of Food Security Policy in Konawe District Province Sulawesi Tenggara. International Journal of Academic Research and Reflection. Vol. 5 No. 3 2017

 

Anonim. 2018. Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang. (Online). (https://pertanian.malangkota.go.id/rancangan-rencana-strategis-renstra/), diakses pada tanggal 05 Februari 2016.

 

Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Kota Malang dalam Angka 2012: Badan Pusat Statistik Kota Malang.

 

Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Kota Malang dalam Angka 2013: Badan Pusat Statistik Kota Malang.

 

Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Kota Malang dalam Angka 2014: Badan Pusat Statistik Kota Malang.

 

Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Kota Malang dalam Angka 2015: Badan Pusat Statistik Kota Malang.

 

Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Kota Malang dalam Angka 2016: Badan Pusat Statistik Kota Malang.

 

Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Kota Malang dalam Angka 2017: Badan Pusat Statistik Kota Malang.

 

Budiani, Ni Wayan. Efektivitas Program Penanggulangan Pengangguran Karang Taruna “Eka Taruna Bhakti” Desa Sumerta Kelod Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar. Jurnal Ekonomi dan Sosial. Vol. 2 No. 1

 

Hamidi. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press.

 

Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press

 

Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

 

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

 

Kumistika, Ifa. 2017. Efektivitas Layanan Fasilitas Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Desa Palang Kabupaten Tuban. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Malang.

 

Macmud, Musdhalifah. 2015. Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian. Jakarta: Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.

 

Nursalam. 2010. Implementasi Kebijakan Tanaman Pangan Lokal dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Jurnal Administrasi Publik. Vol 1 No 1. 2010

 

Saukah, Ali dkk. 2017. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press

 

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta

 

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.

 

Usman, Husaini., Akbar, Purnomo Setiady. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

 

0 comments:

Posting Komentar