EFEKTIVITAS
PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN DI KOTA MALANG
Nita
Riskiana
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Malang
E-mail : nitariskiana86@gmail.com
Abstrak: Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari pelaksanaan Program Peningkatan
Produksi Tanaman di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif dengan menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif.
Data yang dibutuhkan berupa daftar kelompok tani penerima bantuan kegiatan
produksi, produktivitas dan mutu produk pada tanaman pangan, holtikultura dan
perkebunan serta produksi hasil panen padi. Tehnik pengumpulan data yang
digunakan meliputi tehnik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil
penelitian ini adalah pelaksanaan Program Peningkatan
Produksi Tanaman di Kota Malang sudah berjalan cukup bagus melalui
intensifikasi pertanian. Analisis deskripsi efektivitas Program Peningkatan
Produksi Tanaman diukur menggunakan empat indikator, yaitu efektivitas
keseluruhan, produktivitas, pertumbuhan, dan semangat kerja. Dari segi
efektivitas keseluruhan, sudah tercapai dengan target apa yang sudah ditetapkan
oleh dinas. Untuk indikator produktivitas, tanaman padi mengalami peningkatan
yang signifikan. Namun untuk tanaman holtikultura dan perkebunan tidak dapat
dihitung secara pasti. Untuk indikator
semangat kerja dapat dikatakan cukup bagus, karena semangat petani
menjadi semakin bertambah setelah adanya bantuan dari dinas. Namun masih
terdapat kendala pada semangat kerja petani holtikultura karena semangat dalam
bekerja hanya tinggi pada awal pelaksanaan program saja. Hal ini disebabkan
karena pertanian holtikultura bukan menjadi profesi utama masyarakat perkotaan.
Kata Kunci:
Efektivitas, Peningkatan Produksi Tanaman.
1. Pendahuluan
Potensi alam
Indonesia berada pada letak yang strategis bagi penduduk yang sebagian besar
menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Dukungan iklim, kesuburan tanah
dan hutan sebagai sumber air menyebabkan mayoritas penduduk Indonesia
menggantungkan mata pencahariannya sebagai petani. Sektor pertanian merupakan
salah satu sektor yang berperan dalam menjaga kestabilan ekonomi meskipun
kontribusinya terhadap pendapatan nasional lebih kecil dibandingkan dengan
sektor-sektor lainnya (Priyambodo, 2017). Tidak hanya menjaga kestabilan
ekonomi, sektor pertanian juga merupakan sumber pangan dan penyediaan lapangan
kerja. Potensi pertanian di Indonesia didukung dengan kebijakan pemerintah
melalui Nawacita Pemerintahan Joko Widodo tahun 2015-2019. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 yang telah ditetapkan melalui Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2015 mengedepankan kedaulatan pangan sebagai salah satu
agenda prioritas nasional khususnya pada agenda prioritas ketujuh yakni
“Mewujudkan Kemandirian Ekonomi dengan Menggerakkan Sektor-Sektor Strategis
Ekonomi Domestik”.
Kota Malang
merupakan salah satu kota yang masih mengembangkan sektor pertanian meskipun
potensinya tidak terlalu besar dibandingkan dengan daerah-daerah lain
disekitarnya. Kota Malang terdiri dari lima kecamatan yaitu Kecamatan Klojen,
Lowokwaru, Blimbing, Sukun, dan Kedungkandang. Hampir seluruh kecamatan di Kota
Malang memiliki lahan pertanian, kecuali Kecamatan Klojen yang tidak memiliki
lahan pertanian sawah. Sedangkan kecamatan yang memiliki lahan pertanian sawah
paling luas yaitu kecamatan Kedungkandang. Komoditi tanaman pangan yang banyak
dikembangkan di Kota Malang yaitu padi, jagung, dan kedelai. Saat ini Kota
Malang dihadapkan dengan permasalahan ketahanan pangan yang disebabkan oleh
konversi lahan. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas pembangunan dan
pertambahan penduduk, kebutuhan akan lahan juga semakin meningkat. Sementara
itu ketersediaan dan luas lahan tidak berubah. Kondisi tersebut mengakibatkan
peningkatan kebutuhan lahan produksi untuk kegiatan produksi lainnya. Dampak
dari penyusutan lahan pertanian yang terus-menerus akan menyebabkan produksi
hasil pertanian di Kota Malang menjadi menurun. Dengan menurunnya produksi
hasil pertanian maka hal ini tentu akan berdampak pada ketahanan pangan di Kota
Malang. Dari data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang, stok kebutuhan
pangan (beras) Kota Malang hanya mampu
mencukupi sekitar sebelas sampai lima belas persen . Hal ini menyebabkan Kota
Malang memasok kebutuhan pangan (beras) bergantung pada daerah-daerah lain.
Dengan adanya permasalahan tersebut, Pemerintah Daerah Kota
Malang perlu mengambil langkah serius guna menangani masalah ketahanan pangan.
Untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu program yang tertera di Renstra
(Rencana Strategis) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang yaitu Peningkatan
Produksi Tanaman. Kegiatan ini dilakukan untuk mengoptimalkan hasil produksi
panen agar semakin meningkat meskipun dari tahun ke tahun Kota Malang mengalami
penyusutan lahan. Sasaran dari program ini yaitu meningkatkan produk pangan
daerah. Beberapa Kecamatan yang menerima bantuan program Peningkatan Produksi
Tanaman ini yaitu Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Sukun, Kecamatan Blimbing,
dan Kecamatan Lowokwaru. Dengan adanya program tersebut perlu adanya penilaian
terhadap pelaksanaan yang telah berjalan pada lokasi penerima bantuan tersebut.
Salah satu pengukuran yang dilakukan yaitu dengan menggunakan indikator
efektivitas yang meliputi aspek efektivitas keseluruhan, produktivitas,
pertumbuhan dan semangat kerja.
2. Tinjauan Pustaka
Konsep Efektivitas
Suatu
kegiatan dikatakan efesien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan
prosedur sedangkan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut dilaksanakan
dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat. Upaya mengevalusi jalannya
suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektivitas. Pernyataan ini
sejalan dengan pernyataan Sutrisno (2010:123) bahwa keberhasilan organisasi
pada umumnya diukur dengan konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu
faktor untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan
terhadap bentuk dann manajemen organisasi atau tidak.
Efektivitas
adalah sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai
semua sasaran. Definisi efektivitas juga bisa pemanfaatan sumber daya, sarana
dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya
untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya.
Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang
telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin
tinggi efektivitasnya (Steers, 1985:46).
Indikator
Efektivitas
Indikator efektivitas dapat diukur melalui beberapa tahapan:
(1)
Efektivitas
Keseluruhan, yaitu sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya
atau mencapai semua sasarannya.
(2)
Produktivitas, yaitu
kuantitas atau volume dari produk atau jasa pokok yang dihasilkan organisasi.
Dapat diukur menurut tiga tingkatan yakni tingkatan individual, kelompok dan
keseluruhan organisasi.
(3)
Efisiensi, yaitu
sesuatu yang mencerminkan perbandingan antara beberapa aspek unit terhadap
biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut.
(4)
Laba, yaitu penghasilan
atau penanaman modal yang dipakai untuk menjalankan organisasi. Jumlah dari
sumber daya yang masih tersisa setelah semua biaya dan kewajiban dipenuhi,
kadang-kadang dinyatakan dalam presentase.
(5)
Pertumbuhan, yaitu
penambahan dalam hal-hal seperti tenaga kerja, fasilitas yang ada dalam
organisasi, harga, penjualan, laba, modal, bagian, pasar dan penemuan-penemuan
baru. Suatu perbandingan antara keadaan organisasi sekarang dengan keadaan masa
sebelumnya.
(6)
Stabilitas, yaitu
pemeliharaan sktuktur, fungsi dan sumberdaya sepanjang waktu, khususnya dalam
periode-periode sulit.
(7)
Semangat kerja, yaitu
kecenderungan anggota organisasi berusaha lebih keras mencapai tujuan dan
sasaran organisasi yang meliputi perasaan terikat, kebersamaan tujuan dan
perasaan memiliki.
(8)
Kepuasaan, yaitu
kompensasi atau timbal balik positif yang dirasakan sesorang atas peranan atas
pekerjaannya dalam organisasi.
(9)
Penerimaan tujuan
organisasi, yaitu diterimanya tujuan-tujuan organisasi oleh setiap pribadi dan
oleh unit-unti dalam organisasi, kepercayaan mereka bahwa tujuan organisasi
tersebut adalah benar dan layak
(10) Keterpaduan,
konflik-konflik, kekompakan yaitu dimensi berkutup dua. Yang dimaksud kutub
keterpaduan adalah fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu
sama lain, bekerja sama dengan baik, berkomunikasi sepenuhnya dan secara
terbuka, dan mengkoordikan usaha kerja mereka. Pada kutub yang lain terdapat
oraganisasi penuh pertengkaran baik dalam bentuk kata-kata maupun secara fisik,
koordinasi yang buruk, dan berkomunikasi yang tidak efektif.
(11) Keluwesan
adaptasi, yaitu kemampuan organisasi untuk mengubah standar operasi prosedur
(SOP) guna menyesuaikan diri terhadap perubahan.
(12)
Penilaian oleh pihak luar, yaitu
penilaian mengenai oraganisasi atau unit organisasi oleh mereka (individu atau
oraganisasi) dalam lingkungannya, yaitu pihak-pihak dengan siapa organisasi ini
berhubungan (Steers, 1995:47)
3. Metode Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian deskripstif kualitatif. Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang mengacu pada informan yang diperoleh dari tangan
pertama oleh peneliti, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh
melalui sumber data yang telah ada seperti catatan, referensi buku, atau
dokumentasi, publikasi pemerintah. Dalam hal ini data primer diperoleh melalui
wawancara langsung dengan Kepala Seksi Tanaman Pangan, Holtikultura dan
Perkebunan serta Koordinator Penyuluh Pertanian di Kota Malang. Berkaitan
dengan hal tersebut data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Efektivitas
Keseluruhan. Pada indikator efektivitas keseluruhan dilakukan dengan melihat
data target dari dinas tentang lokasi, kelompok tani penerima bantuan, bantuan
yang diberikan, serta distribusi bantuan.
2.
Produktivitas. Pada indikator produktivitas dilakukan dengan melihat data hasil
produksi panen tanaman yang ada di Kota Malang pada setiap masing-masing
kecamatan.
3. Pertumbuhan.
Pada indikator pertumbuhan data yang digunakan yaitu dengan melihat pada
penambahan fasilitas yang diterima oleh masing-masing kelompok tani penerima
bantuan yang ada di lima kecamatan di Kota Malang.
4. Semangat
Kerja. Pada indikator semangat kerja dilihat melalui kinerja kelompok tani
penerima bantuan melalui wawancara langsung dengan koordinator di masing-masing
kecamatan di Kota Malang.
4. Hasil dan
Pembahasan
Pelaksanaan
Program Peningkatan Produksi Tanaman
Program
Peningkatan Produksi Tanaman dilatarbelakangi karena menyusutnya lahan
pertanian di Kota Malang dari tahun ke tahun. Semakin pesatnya aktivitas
pembangunan menyebabkan banyaknya lahan-lahan pertanian menjadi sasaran untuk
dijadikan perumahan, pusat perbelanjaan dan aktivitas lainnya. Dari data Badan
Pusat Statistik Kota Malang, tiap tahun Kota Malang mengalami penyusutan lahan
sekitar 30-35 Ha. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus tanpa ada upaya yang
serius, maka produksi pertanian di Kota Malang semakin menurun. Akibatnya dalam
jangka panjang Kota Malang harus impor bahan pangan dari daerah lain. Dengan
sisa lahan pertanian yang masih ada, keberadaannya harus tetap dilestarikan
untuk pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Program Peningkatan Produksi
Tanaman ini merupakan program yang termasuk program prioritas di Rencana
Strategis (Renstra).
Program
Peningkatan Produksi Pertanian memiliki tiga kegiatan yaitu Kegiatan
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Pangan; Peningkatan
Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Holtikultura; dan Peningkatan
Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Perkebunan. Pada setiap
Kecamatan di Kota Malang tidak memperoleh bantuan yang sama, dikarenakan masing-masing luasan wilayah pertanian dan lahan sawah di Kota
Malang berbeda-beda. Hal ini terjadi karena perbedaan prioritas sektor ekonomi
yang akan dikembangkan. Contohnya untuk di
wilayah Kecamatan Klojen, lahan untuk pertanian maupun lahan tegal hampir tidak
ada. Hal ini disebabkan karena pesatnya aktivitas pembangunan infrastruktur di
wilayah perkotaan, sehingga menyebabkan lahan pertanian menyusut dari tahun ke
tahun bahkan hampir tidak ada. Namun hal ini berbeda dengan wilayah Kecamatan
Kedungkandang yang masih lengkap untuk pertanian tanaman pangan, holtikultura,
maupun tanaman perkebunan. Hal inilah yang mendasari penerima bantuan program
Peningkatan Produksi Pertanian untuk setiap kecamatan berbeda-beda.
Manfaat Program
Peningkatan Produksi Tanaman
Dengan adanya
bantuan Program Peningkatan Produksi Tanaman di Kota Malang oleh petani padi,
holtikultura maupun petani tanaman tebu banyak manfaat yang dapat dirasakan
oleh petani. Diantaranya sebagai berikut.
1.
Manfaat Ekonomi. Manfaat ekonomi yang sangat dirasakan petani yaitu dari segi
pendapatan. Bantuan pupuk dan benih yang diberikan oleh dinas kepada para
petani hasilnya mampu meningkatkan hasil panen. Sebelum adanya bantuan petani
hanya menggunakan pupuk dan benih sendiri, setelah ada bantuan dari dinas para
petani mulai menggunakan benih yang berlabel, sehingga hal ini berdampak
terhadap kualitas dan hasil produksi panen menjadi semakin meningkat. Sehingga
otomatis juga akan berdampak terhadap kesejahteraan petani.
2. Manfaat Ilmu
Pengetahuan. Manfaat dalam hal pengetahuan yang dapat dirasakan oleh petani
yaitu mengenai sistem bertanam yang mulai berubah dari sistem pola lama menjadi
sistem Jajar Legowo (Jarwo). Petani mulai menyadari dengan menerapkan sistem
pola ini maka dapat meningkatkan hasil panen mereka. Namun meskipun ada
pembaruan pada sistem pola tanam yang lebih baik, tidak semua petani dapat
menerapkan sistem tersebut dikarenakan masih dipengaruhi faktor kebiasaan
petani yang masih terbiasa dengan sistem pola tanam lama yang dianggap lebih
mudah daripada menerapkan sistem pola tanam Jarwo (Jajar Legowo). Selain itu,
sebelum adanya bantuan disalurkan kepada petani dilakukan sosialisasi oleh spesialisasi
di masing-masing kegiatan, yaitu untuk kegiatan pertanian tanaman pagi oleh
BPTP dan Petro, untuk tanaman holtikultura oleh Balijestro, dan untuk tanaman
tebu oleh Balitas. Selain itu di tiap-tiap kecamatan juga ada penyuluh
pertanian. Peran penyuluh pertanian ini sebagai inisiator, juga sebagai
fasilitator yang senantiasa memberikan jalan keluar baik dalam menyuluh maupun
memberikan kemudahan dalam berusaha tani.
3. Manfaat
Kemudahan Fasilitas. Kelengkapan fasilitas seperti benih, pupuk, saprodi, dan
alat-alat pertanian yang didapatkan petani di masing-masing kegiatan program
memudahkan petani dalam mengolah lahan, mengurangi pajak untuk pembelian, serta
dapat mengurangi tenaga kerja di sektor pertanian. Sehingga dengan adanya
bantuan dari dinas, petani merasa terbantu dari segi fasilitas untuk kebutuhan
usaha tani mereka.
Indikator
Efektivitas
Sesuai dengan indikator efektivitas oleh Richard Steers,
aspek yang diukur melalui aspek efektivitas keseluruhan, produktivitas,
pertumbuhan, dan semangat kerja.
1. Aspek efektivitas keseluruhan yaitu
sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai semua
sasarannya. Efektivitas
keseluruhan dari pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Tanaman berkaitan
dengan target dan capaian dinas dalam mencapai sasaran. Target dan capaian
dinas ini berkaitan dengan program dan kegiatan yang telah dijalankan. Dalam
pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Tanaman ini sudah berjalan sesuai
target yang ditentukan oleh dinas. Hal ini terlihat dari serangkaian kegiatan
dari Program Peningkatan Produksi Tanaman yang sudah berjalan dengan baik.
Kegiatan dari Program Peningkatan Produksi Tanaman ini telah berjalan di
masing-masing kecamatan yang telah ditentukan oleh dinas. Bantuan fasilitas
dari masing-masing kegiatan seperti kegiatan tanaman pangan, holtikultura, dan
tanaman tebu juga sudah terdistribusi pada masing-masing lokasi penerima
bantuan sesuai dengan jumlah yang ditentukan oleh dinas. Selain bantuan
pemberian fasilitas, kegiatan sosialisasi pada masing-masing kelompok tani
penerima bantuan juga telah terealisasi dengan baik, yakni pelaksanaannya
sebelum bantuan disalurkan. Kegiatan sosialisasi ini merupakan pendampingan
yang dilakukan oleh dinas melalui badan pengkaji sesuai keahliannya dalam
menyuluh guna memberikan ilmu pengetahuan kepada para anggota kelompok tani
sebelum bantuan disalurkan. Dengan melihat kinerja tersebut dapat dikatakan
bahwa dari segi efektivitas keseluruhan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kota Malang pada Bidang Produksi Tanaman telah melaksanakan tugas pokoknya
dengan baik sesuai dengan target dan capaian yang telah ditentukan.
2. Produktivitas,
yaitu kuantitas atau volume dari produk atau jasa pokok yang dihasilkan
organisasi. Produktivitas
dari pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Tanaman ini berkaitan dengan
kuantitas atau produksi hasil panen. Hasil ini terlihat dari sebelum dan
setelah adanya bantuan benih dan pupuk dari dinas. Untuk hasil produksi panen
padi di masing-masing kecamatan mengalami peningkatan. Pengukuran hasil panen
ini dilakukan menggunakan tehnik pengubinan. Caranya yaitu dengan mengalikan
luas panen dengan provitas (produksi rata-rata per hektar). Seperti di
Kecamatan Kedungkandang sebelum adanya bantuan dari dinas, hasil panen padi
hanya berkisar 6-6,3 ton per hektar dalam sekali panen. Namun setelah ada
bantuan pupuk dan benih dari dinas hasilnya meningkat menjadi 8-9 ton per
hektar dalam sekali panen. Untuk hasil panen di Kecamatan Sukun juga mengalami
peningkatan produksi. Sebelum adanya bantuan pupuk dan benih padi dari dinas
hasil panen produksi padi hanya sekitar 7-8 ton sekali panen per hektar, namun
setelah adanya bantuan meningkat menjadi 11 ton. Hal ini juga terjadi di
Kecamatan Lowokwaru, hasil panen padi setelah adanya bantuan dari dinas juga
mengalami peningkatan. Dari sebelum adanya bantuan dari dinas, hasil panen padi
hanya berkisar 5,8 ton namun setelah ada bantuan meningkat menjadi 6 ton lebih.
Untuk Kecamatan Blimbing hasil panen padi juga mengalami peningkatan. Hasil ini
terlihat dari peningkatan hasil panen padi sebelum adanya bantuan hanya
berkisar 4 ton, namun setelah ada bantuan dari dinas produksi padi meningkat
menjadi 5 ton per hektar dalam sekali panen. Hasil peningkatan produksi padi
ini dipengaruhi oleh pemilihan pupuk dan benih berlabel dari dinas, dan pola
tanam yang menggunakan sistem Jajar Legowo (Jarwo). Dengan menerapkan sistem tanam Jajar Legowo, tanaman akan
terpapar sinar matahari secara lebih optimal. Semakin banyak sinar matahari
yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin
tinggi sehingga kualitas gabah juga akan meningkat. Sehingga pola tanam
ini dinilai mampu meningkatkan hasil produksi padi.
Untuk hasil
panen tanaman holtikultura dari segi produksi tidak bisa diukur secara pasti,
karena pengukurannya tidak ada cara yang pasti seperti pada pengukuran produksi
tanaman padi. Sehingga pertanian holtikultura dapat dilihat dari segi kemajuan
saja. Pembudidayaan tanaman holtikultura ini dapat dikatakan maju apabila
petani bisa swadaya sendiri dari hasil budidaya yang dikembangkan.
Untuk pertanian
tebu target produksi juga tidak dapat diketahui secara pasti. Rata-rata petani
tebu yang ada di Kecamatan Kedungkandang bekerja sama dengan Koperasi Petani
Tebu Rakyat (KPTR) dan Pabrik Gula setempat. Sehingga untuk mengetahui hasil
produksi tanaman tebu sendiri belum dapat diketahui secara pasti.
3. Pertumbuhan, yaitu penambahan dalam
hal-hal seperti tenaga kerja, fasilitas yang ada dalam organisasi, harga,
penjualan, laba, modal, bagian, pasar dan penemuan-penemuan baru. Suatu
perbandingan antara keadaan organisasi sekarang dengan keadaan masa sebelumnya.
Pertumbuhan pada pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Tanaman
berkaitan dengan penambahan fasilitas yang ada dalam kelompok tani. Bantuan
Program Peningkatan Produksi Tanaman diberikan kepada kelompok tani secara
bergulir untuk setiap tahun. Hal ini bertujuan untuk pemerataan pemberian
fasilitas pertanian guna untuk mempermudah petani dalam berusaha tani.
penambahan fasilitas ini dapat dilihat sebelum dan sesudah bantuan diberikan.
Program Peningkatan Produksi Tanaman pada kegiatan tanaman pangan berbeda-beda.
Jika dibandingkan dengan tahun 2016, sepanjang tahun 2017 penerima bantuan di
Kecamatan Kedungkandang bertambah menjadi tiga kelompok tani yaitu Kelompok
Tani Makaryo I, Karya Tani dan Tani Harapan. Fasilitas bantuan yang diberikan
juga berbeda dari varietas Ciherang menjadi varietas IR 6 dan Cibogo. Sedangkan
di Kecamatan Sukun penerima bantuan bertambah dua kelompok tani yaitu Kelompok
Tani Mekar Mulyo dan Kelompok Tani Sri Murni. Penambahan fasilitas bantuan
hanya berbeda dari segi varietas yaitu dari Ciherang manjadi varietas Cibogo.
Di Kecamatan Blimbing penerima bantuan pada kelompok tani tetap, namun hanya
berbeda pada varietas yang diberikan, yaitu dari varietas Ciherang manjadi IR
64. Untuk penerima bantuan di Kecamatan Lowokwaru bertambah dua kelompok tani
yaitu Kelompok Tani Rukun Makmur dan Sri Lestari. Bantuan yang diberikan pupuk
dan benih masing-masing 25 kg, dan varietas yang didapat tetap sama dari tahun
2016. Selain kegiatan pada tanaman pangan, pertumbuhan juga dilihat pada
tanaman holtikultura. Dari tahun 2016 penerima bantuan yaitu di Kecamatan
Sukun, Lowokwaru, dan Klojen. Pada tahun 2017 penerima bantuan yaitu di
Kecamatan Kedungkandang, Klojen, dan Blimbing. Jika dilihat dari tahun 2016 dan
2017 fasilitas yang diberikan sama yaitu tanaman buah dalam pot, benih sayur,
media tanam, pupuk NPK, dan jet sprayer. Penambahan fasilitas yang ada
pada tahun 2017 yaitu berupa 1 unit green house pada dua kelompok tani
yaitu Kelompok Tani Sri Rejeki dan KWT Tani Maju.
Untuk kegiatan
pada tanaman tebu, belum dapat dilihat pertumbuhannya pada segi penambahan
fasilitas pada kelompok tani. Hal ini disebabkan karena kegiatan pada tanaman
tebu masih ada mulai tahun 2017. Namun untuk fasilitas yang diberikan oleh
dinas kepada kelompok tani yaitu berupa pupuk organik 1000 kg dan pupuk majemuk
350 kg.
4. Semangat Kerja
Semangat kerja, yaitu kecenderungan
anggota organisasi berusaha lebih keras mencapai tujuan dan sasaran organisasi
yang meliputi perasaan terikat, kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki. Dengan adanya bantuan kegiatan dari dinas oleh kelompok tani,
petani mendapatkan kemudahan berupa bantuan dan fasilitas yang diberikan.
Dengan adanya fasilitas yang diberikan, petani menjadi semakin mudah
mengerjakan lahan atau dalam berusaha tani, seperti contoh pada bantuan pupuk
dan benih oleh petani tanaman padi. Sebelum ada bantuan mereka harus membeli
pupuk dan benih sendiri, namun setelah ada bantuan dari dinas, petani tidak
lagi harus memikirkan biaya untuk pembelian pupuk dan benih. Sehingga semangat
petani dalam mengolah lahan juga semakin meningkat, karena ada pengurangan
biaya tersebut.
Disamping
semangat petani yang cukup tinggi, untuk masalah tenaga kerja di sektor
pertanian di Kota Malang, masih kurang. Hampir di tiap-tiap kecamatan kendala
yang dihadapi yaitu masalah kurangnya tenaga kerja. Hal ini terjadi karena
menurunnya minat dalam bertani di kalangan anak muda. Sehingga untuk mengatasi
masalah tersebut tenaga di sektor pertanian, khususnya tanaman padi
dipekerjakan oleh petani dari wilayah Kabupaten Malang. Sehingga semangat kerja
yang tinggi ini cenderung dimiliki oleh petani-petani yang berasal dari wilayah
Kabupaten Malang itu saja.
Selain itu pada
tanaman holtikultura, semangat kerja ini dapat diukur dari partisipasi mereka
yang tinggi dalam membudidayakan tanaman. Keterbatasan lahan pertanian dan
kurangnya informasi mengenai budidaya tanaman menyebabkan kurang minatnya
masyarakat perkotaan terhadap pertanian. Namun setelah ada bantuan berupa
tanaman dalam pot dan macam-macam bibit sayur dan buah, masyarakat perkotaan
dapat praktek langsung dalam merawat dan mebudidayakan tanaman holtikultura.
Meskipun dalam bertani tanaman holtikultura, masyarakat tidak sepenuhnya
menjadi pekerjaan utama namun hal ini menjadi hobi dan kesenangan tersendiri
bagi masyarakat perkotaan. Namun disamping adanya semangat kerja yang cukup
tinggi dalam membudidayakan tanaman holtikultura tidak sepenuhnya menunjukkan
hasil semangat positif. Semangat masyarakat ini hanya menggebu pada awal-awal
pelaksanaan program saja, pada minggu-minggu berikutnya semangat petani mulai
menurun. Hal ini terjadi karena faktor kesibukan atau pekerjaan yang lebih
menjadi prioritas dibanding dengan bertani tanaman holtikultura. Dengan
timbulnya masalah tersebut menunjukkan bahwa ada salah satu indikator yang
tidak sepenuhnya menunjukkan hasil positif sesuai teori.
5. Kesimpulan
Pelaksanaan
Program Peningkatan Produksi Tanaman oleh Dinas Pertanian dan dan Ketahanan
Pangan Kota Malang sudah berjalan cukup baik. Meskipun lahan pertanian di Kota
Malang mengalami penyusutan dari tahun ke tahun, melalui program ini hasil
peningkatan produksi tanaman pada masing-masing kecamatan di Kota Malang
mengalami peningkatan. Maka dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan Program
Peningkatan Produksi Tanaman di Kota Malang berhasil melalui intensifikasi
pertanian. Bantuan Program Peningkatan Produksi Tanaman di Kota Malang juga
bergilir setiap tahun, sehingga bantuan yang diterima kelompok tani bisa
merata. Selain itu dengan adanya program ini, wilayah perkotaan yang identik
dengan aktivitas pemerintahan, bisnis, dan pusat perbelanjaan, kini telah didukung
dengan urban farming, yaitu sistem pertanian berupa pemanfaataan lahan
sempit ditengah kota, berupa budidaya tanaman holtikultura seperti sayuran dan
buah. Sehingga dengan adanya program ini, maka produksi pangan daerah dapat
ditingkatan.
Pelaksanaan Program
Peningkatan Produksi Tanaman di Kota Malang oleh Dina Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kota Malang telah berjalan cukup efektif sesuai dengan teori Richard
Steers yang dilihat dari total ukuran efektivitas. Ukuran efektivitas antara
lain produktivitas, pertumbuhan, semangat kerja dan efektivitas keseluruhan.
Dari segi produktivitas rata-rata hasil panen padi pada setiap kecamatan
penerima bantuan telah mengalami peningkatan yang signifikan. Untuk segi
pertumbuhan juga menunjukkan hasil yang lebih baik dengan adanya penambahan
fasilitas yang diberikan oleh dinas. Dari segi semangat kerja juga menunjukkan
hasil yang positif, yaitu setelah mendapat bantuan dari dinas semangat kerja
petani menjadi meningkat. Namun hal ini terkendala dari tenaga kerja yang masih
kurang. Rata-rata tenaga kerja petani dipekerjakan dari wilayah Kabupaten
Malang yang berlokasi paling dekat dengan Kota Malang. Sehingga rata-rata
semangat yang tinggi ini hanya dimiliki oleh pekerja yang bukan berasal dari
Kota Malang sendiri. Selain itu untuk tanaman holtikultura, semangat kerja yang
dimiliki petani hanya pada awal pelaksanaan program saja, sehingga tidak
menujukkan semangat kerja yang berkelanjutan. Hal ini disebabkan karena
pertanian holtikultura bukan menjadi profesi utama masyarakat perkotaan.
6. Daftar Pustaka
Alfia, Lutfi. 2016. Implementasi Program Peningkatan Produksi
Tanaman (Studi Pada Dinas Pertanian Kabupaten Blitar). Jurnal Administrasi
Publik. Vol. 2. No. 3. Pp 49-58 November 2016.
Andrianto, dkk. 2017. Implementation Analysis of Food Security
Policy in Konawe District Province Sulawesi Tenggara. International Journal
of Academic Research and Reflection. Vol. 5 No. 3 2017
Anonim. 2018. Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Malang. (Online). (https://pertanian.malangkota.go.id/rancangan-rencana-strategis-renstra/), diakses pada tanggal 05 Februari 2016.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Kota Malang dalam Angka 2012: Badan
Pusat Statistik Kota Malang.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Kota Malang dalam Angka 2013:
Badan Pusat Statistik Kota Malang.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Kota Malang dalam Angka 2014:
Badan Pusat Statistik Kota Malang.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Kota Malang dalam Angka 2015:
Badan Pusat Statistik Kota Malang.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Kota Malang dalam Angka 2016:
Badan Pusat Statistik Kota Malang.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Kota Malang dalam Angka 2017: Badan
Pusat Statistik Kota Malang.
Budiani, Ni Wayan. Efektivitas Program Penanggulangan
Pengangguran Karang Taruna “Eka Taruna Bhakti” Desa Sumerta Kelod Kecamatan
Denpasar Timur Kota Denpasar. Jurnal Ekonomi dan Sosial. Vol. 2 No. 1
Hamidi. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM
Press.
Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi.
Malang: UMM Press
Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk
Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Kumistika, Ifa. 2017. Efektivitas Layanan Fasilitas
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Desa Palang Kabupaten Tuban.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Negeri Malang.
Macmud, Musdhalifah. 2015. Rencana Strategis Tahun 2015-2019
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian. Jakarta: Kementrian
Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.
Nursalam. 2010. Implementasi Kebijakan Tanaman Pangan Lokal dan
Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Jurnal Administrasi
Publik. Vol 1 No 1. 2010
Saukah, Ali dkk. 2017. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Malang: UM Press
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
R&D. Bandung: Alfabeta
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.
Usman, Husaini., Akbar, Purnomo Setiady. Metode Penelitian
Sosial. Jakarta: Bumi Aksara
0 comments:
Posting Komentar