Promosi Produk

Selamat Datang Di Blog Kami, Semoga Bermanfaat..

Segmentasi Pasar

Selamat Datang Di Blog Kami, Semoga Bermanfaat..

Afiliasi Marketing

Selamat Datang Di Blog Kami, Semoga Bermanfaat..

Google Adsense

Selamat Datang Di Blog Kami, Semoga Bermanfaat..

BLOGGING

Selamat Datang Di Blog Kami, Semoga Bermanfaat..

Kamis, 29 Januari 2015

Konsep, Tujuan Bisnis, serta Sistem, Lingkungan, dan Ciri-Ciri Perusahaan


Konsep, Tujuan Bisnis, serta Sistem, Lingkungan, dan Ciri-Ciri Perusahaan


Di era globalisasi seperi saat ini pengetahuan mengenai Ekonomi Perusahaan, khususnya yang berkaitan dengan kondisi-kondisi perusahaan sangat penting untuk ditelaah secara mendalam oleh mahasiswa. Tidak hanya itu, di dalam Ekonomi Perusahaan tentu terdapat nilai bisnis yang akan dipelajari secara mendalam. Dalam perusahaan tentu tidak terlepas dari masalah bisnis dan kerjasama bisnis, karena melalui bisnis tersebutlah perusahaan tersebut berjalan menuju usaha serta visi misi yang ingin dicapai perusahaan tersebut.


Di dalam buku Pengantar Bisnis, perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan agar dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Sesuatu yang menginginkan suatu keuntungan dalam suatu usahatentu tak terlepas dari kata bisnis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa bisnis merupakan suatu kegiatan atau usaha yang mencari keuntungan melalui teknik berdagang. Dengan adanya perusahaan tentu diperlukan bisnis untuk melengkapi sebuah usaha perusahaan tersebut.


Makalah mengenai konsep bisnis dan perusahaan ini akan menjelaskan bagaimana konsep bisnis serta tujuan dari seseorang melakukan usaha demi mencapai tujuan berupa keuntungan, tidak hanya menjelaskan konsep bisnis,dalam makalah ini akan dijelaskan pula bagaimana sistem perusahaan, lingkungan perusahaan dan bagaimana ciri-ciri dari perusahaan secara umum.





A. Konsep Bisnis dan Tujuan Bisnis


Suatu konsep bisnis di era sulit terdiri dari empat komponen utama, yaitu strategi inti (Core Strategy), sumber daya strategis (Strategic Resources), perantara pelanggan (Customer Interface) dan jaringan nilai (Value Network). Komponen pertama dari konsep bisnis ini adalah strategi inti (Core Strategy), yang merupakan inti dari bagaimana suatu perusahaan memilih cara untuk berkompetisi (msuyanto.com, 2009) .


Visi bisnis merupakan apa yang diinginkan perusahaan yang bersifat ideal dan misi bisnis merupakan operasionalisasi dari visi bisnis. Visi dan misi bisnis ini akan mengarah pada pernyataan nilai, kehendak strategi, tujuan dan sasaran yang besar, banyak dan berani serta semua sasaran kinerja.


Komponen kedua dari suatu konsep bisnis di era sulit adalah sumberdaya strategis (Strategic Resources), yang terdiri dari kompetensi inti, aset-aset strategis dan proses inti. Komponen ketiga perantara pelanggan (Customer Interface) yang mempunyai empat elemen, yaitu dukungan dan pemenuhan, informasi yang mendalam, dinamikan hubungan dan struktur harga. Dan komponen keempat dari model bisnis adalah jaringan nilai yang mengelilingi perusahaan dan yang memperkuat dan melengkapi sumberdaya yang dimiliki perusahaan.


Tujuan bisnis merupakan hasil akhir yang ingin dicapai oleh para pelaku bisnis dari bisnis yang mereka lakukan dan merupakan cerminan dari berbagai hasil yang diharapkan bisa dilakukan oleh bagian-bagian organisasi perusahaan (produksi, pemasaran, personalia, dll) yang akan menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Secara umum tujuan dari bisnis adalah menyediakan produk berupa barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen serta memperoleh keuntungan dari aktivitas yang dilakukan. Dalam jangka panjang, tujuan yang ingin dicapai tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen, namun terdapat banyak hal yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam bisnisnya, diantaranya (sagara-zone.blogspot.com, 2009) :


  1. Market standing, yaitu penguasan pasar yang akan menjadi jaminan bagi perusahaan untuk memperoleh pendapatan penjualan dan profit dalam jangka panjang.
  2. Innovation yaitu inovasi dalam produk (barang atau jasa) serta inovasi keahlian. Tujuan bisnis yang ingin dicapai melalui inovasi adalah menciptakan nilai tamabah pada suatu produk
  3. Physical and financial resources, perusahaan memiliki tujuan penguasaan terhadap sumber daya fisik dan keuangan untuk mengembangkan perusahaan menjadi semakin besar dan semakin menguntungkan.
  4. Manager performance and development, manager merupakan orang yang secara operasional bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan organisasi. Untuk dapat mengelola perusahaan dengan baik, manager perlu memiliki berbagai kemampuan dan keahlian yang sesuai dengan profesinya. Maka diperlukan peningkatan kinerja dan pengembangan kemampuan manager melalui serangkaian kegiatan kompensasi yang menarik dan program training and development yang berkelanjutan.
  5. Public Responsibility, bisnis harus memiliki tanggung jawab sosial seperti memajukan kesejahteraan masyarakat, mencegah terjadinya polusi dan menciptakan lapangan kerja, dll.
  6. Worker Performance and Attitude, untuk kepentingan jangka panjang, maka sikap para karyawan terhadap perusahaan dan pekerjaan perlu diperhatikan agar dapat bekerja dengan baik.


  1. Perusahaan Sebagai Suatu Sistem


Sistem adalah suatu kesatuan atau unit yang terdiri dari sub – sub sistem yang saling bekerjasama ataupun saling mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung untuk mencapai tujuan tertentu (Pengantar Bisnis, 13). Perusahaan sebagai suatu sistem memiliki arti perusahaan merupakan suatu kombinasi dari berbagai sumber-sumber ekonomi yang langsung atau tidak langsung mempengaruhi proses produksi dan distribusi barang dan atau jasa untuk mencapai tujuan tetentu antara lain keuntungan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.


  1. Sifat-Sifat Sistem Perusahaan


Jika ditinjau lebih mendalam, pada dasarnya sistem perusahaan mempunyai beberapa sifat, antara lain (Pengantar Bisnis, 14-15) :


  1. Sifat kompleks, perusahaan memiliki suatu sub-sub yang nantinya saling berkaitan dan memerlukan sub bagian lain untuk mencapai tujuan tertentu sehingga kondisinya saling bergantung dan kompleks.
  2. Sebagai suatu Kesatuan / Unit, kegiatan yang dilakukan suatu perusahaan memiliki teknis yang bertujuan untuk mencapai sebuah tujuan yang sama, walaupun berbeda tugas dan fungsi.
  3. Sifatnya Berjenis-jenis, suatu perusahaan memproduksi beranekaragam dengan maksud jika terdapat kerugian produk yang satu masih ada produk lain yang akan menutupi produkyang gagal, maka dari itu diperlukan benda dengan sifat yang berlainan jenis.
  4. Sifat Saling Bergantung, dalam sebuah perusahaan diperlukan berbagai wilayah atau tempat yang nantinya akan membantu proses produksi perusahaan tersebut, contohnya perusahaan meubel yang memerlukan produksi kayu dan pekerja untuk membentuk sebuah meubel, sehingga terjadi ketergantungan.
  5. Sifat dinamis, sebuah perusahaan harus mengikuti kondisi jaman sehingga dapat berubah sesuai dengan kondisi, baik dalam perusahaan maupun ekstern perusahaan. Maka dari itu diperlukan sifat dinamis dalam suatu sistem perusahaan.


    1. Lingkungan Perusahaan


Suatu perusahaan memiliki beberapa lingkungan, antara lain lingkungan umum serta lingkungan khusus. Adapun lingkungan umum yang dimiliki sebuah perusahaan antara lain sebagai berikut (Pengantar Bisnis, 18-19) :


  1. Politik, perusahaan memiliki keterkaitan dengan masyarakat maka tidak jarang pula memiliki keterkaitan dengan dunia politik.
  2. Hukum, disini hukum berfungsi sebagai pengatur perkembangan perusahaan serta masalah perusahaan yang bersangkutan dengan hukum.
  3. Sosial, perusahaan merupakan suatu wadah dimana terdapat berbagai golongan dalam masyarakat yang tentu tidak lepas dari lembaga-lembaga sosial
  4. Perekonomian, suatu perusahaan tentu akan bergantung pada kondisi ekonomi, antara lain organisasi ekonomi, sistem perusahaan, dan lain-lain.
  5. Kebudayaan, perusahaan akan terlibat pada latar belakang masyarakat di wilayah perusahaan tersebut, sehingga akan mempengaruhi perusahaan.
  6. Pendidikan, cakupan lingkungan ini adalah keseluruhan dari tingkat pendidikan tertinggi hingga rendah, formal maupun non formal yang mencakup keahlian masyarakat
  7. Teknologi, sebuah perusahaan yang ingin maju tentu harus mengembangkan teknologi untuk kemajuan perusahaannya.
  8. Demografi, cakupan lingkungan ini adalah meliputi enaga kerja yang terdapat pada masyarakat, angkatan kerja, keahlian, dan sebagainya.


Selain lingkungan umum, adapun lingkungan khusus pada suatu perusahaan antara lain ( Pengantar Bisnis, 20-21) :


  1. Penyedia, perusahaan entu harus berhubungan baik dengan penyedia bahan baku perusahaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan faktor – faktor produksi perusahaan
  2. Pelanggan, cakupannya antara lain pedagang perantara, baik pedagang besar maupun pengecer.
  3. Pesaing, dengan adanya pesaingm tentu perusahaan akan mnyediakan yang terbaik demi dapat mempertahankan kualitas perusahaannya.
  4. Teknologi, sebuah perusahaan yang ingin maju tentu harus mengembangkan teknologi untuk kemajuan perusahaannya.
  5. Sosio Politik, lingkungan ini meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat dan peraturan pemerintah yang berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan.


    1. Ciri-ciri Perusahaan


Adapun ciri-ciri dari sebuah perusahaan antara lain :


  1. Operatif, dalam perusahaan terdapat aktifitas ekonomi yang berkenaan dengan kegiatan produksi, penyediaan, ataupun pendistribusian barang atau jasa.
  2. Koordinatif, di perlukan agar semua bagian dalam perusahaan dapat bergerak ke arah yang sama dan saling mendukung satu sama lain.
  3. Reguler, diperlukan keteraturan yang dapat mendukung aktivitasnya agar dapat bergerak maju.
  4. Dinamis, agar dapat bertahan perusahaan harus mengikuti dan menyesuaikan diri terhadap perusahaan tersebut.
  5. Formal, perusahaan harus merupakan lembaga resmi yang terdaftar di pemerintah
  6. Lokasi, perusahaan di dirikan pada tempat tertentu dalam suatu kawasan yang secara geografis jelas.
  7. Pelayanan Bersyarat, perusahaan menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang memerlukannya.

MAKALAH PENGANGGURAN




PENDAHULUAN

Bagian Pendahuluan dalam makalah ini menguraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, dan Tujuan Masalah. Paparan lebih lanjut sebagai berikut.

A.  Latar Belakang
Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan yang paling berat. Para ekonom mempelajari pengangguran untuk mengidentifikasi penyebabnya dan untuk membantu memperbaiki kebijakan publik yang mempengaruhi pengangguran.Sebagian dari kebijakan tersebut, seperti program pelatihan kerja, membantu orang dalam mendapatkan pekerjaan tetapi kebijakan lainnya tetap saja mempengaruhi munculnya pengangguran secara tidak sengaja.
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja.Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Dengan demikian, Pemerintah diharapkan dapat mengatasi pengangguran dengan menyediakan lapangan pekerjaan atau program-program bina usaha untuk masyarakat kecil.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disusun rumusan sebagai berikut.
1.    Bagaimana cara mengetahui kehilangan pekerjaan, perolehan pekerjaan dan tingkat pengangguran alamiah?
2.    Apakah yang dimaksud dengan pencarian kerja dan pengangguran
friksional?
3.    Apakah yang dimaksud dengan kekakuan upah dan pengangguran struktural?
4.    Bagaimana pola pengangguran terjadi?

C.  Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan makalah ini sebagai berikut.
1.      Agar pembaca dapat mengetahui tentang kehilangan pekerjaan, perolehan pekerjaan dan tingkat pengangguran alamiah.
2.      Agar pembaca dapat mengetahui tentang pencarian kerja dan pengangguran
friksional.
3.      Agar pembaca dapat mengetahui tentang kekakuan upah dan pengangguran struktural.
4.      Agar pembaca dapat mengetahui tentang pola pengangguran.


PEMBAHASAN

Bagian pembahasan dalam makalah ini menguraikan tentang kehilangan pekerjaan, perolehan pekerjaan, tingkat pengangguran alamiah, pencarian kerja pengangguran friksional, kekakuan upah, pengangguran struktural, dan pola pengangguran

A.  Kehilangan Pekerjaan, Perolehan Pekerjaan, dan Tingkat Pengangguran Alamiah.
Pengangguran adalah orang yang tidak atau belum bekerja sehingga tidak dapat menghasilkan uang meskipun secara fisik dapat dan mampu untuk bekerja. Orang yang tidak bekerja (pengangguran) disebabkan oleh kondisi seseorang yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkansuatu usaha baru, atau tidak lagi mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Setiap hari sebagian pekerja kehilangan atau keluar dari pekerjaanya, dan sebagian lagi yang menganggur diterima bekerja.Pasang surut yang terjadi secara terus-menerus ini menentukan bagian dari angkatan kerja yang menganggur. Dalam bagian ini kita akan mengembang kan sebuah model dinamika angkatan kerja yang menunjukkan hal-hal faktor-faktor penentu tingkat pengangguran alamiah.
Untuk mengetahui jumlah angkatan kerja adalah jumlah orang yang bekerja dan menganggur. Dengan notasi sebagai berikut:
L menunjukkan angkatan kerja, E jumlah orang yang bekerja, U jumlah pengangguran.
Dalam notasi tersebut, tingkat pengangguran adalah  . Untuk menentukan tingkat pengangguran, kita asumsikan bahwa L adalah tetap dan memfokuskan pada perubahan individu dalam angkatan kerja diantara bekerja atau menganggur. Ini ditunjukkan dalam gambar 6.2


Pemutuan kerja (s)
pengangguran
Orang yang bekerja
Perolehan kerja (f)
 








Notasi (s) menunjukkan tingkat pemutusan kerja, bagian dari tenaga kerja yang kehilangan pekerjaanya setiap bulan.Notasi (f) menunjukkan tingkat perolehan pekerjaan, bagian dari pengangguran yang mendapatkan pekerjaan setiap bulannya.Kedua tingkat ini secara bersama-sama menentukan tingkat pengangguran.
Jika tingkat pengangguran tidak naik atau turun yaitu, jika pasar tenaga kerja berada dalam kondisi mapan, maka jumlah orang yang mendapatkan pekerjaan harus sama dengan jumlah orang yang kehilangan pekerjaan. Dalam notasi jumlah orang yang memperoleh pekerjaan adalah  dan jumlah orang yang kehilangan pekerjaan adalah , sehingga kita bisa menulis kondisi mapan sebagai
kita dapat menggunakan persamaan ini untuk mendapatkan tingkat pengangguran kondisi mapan. dari persamaan sebelumnya, kita ketahui bahwa ; yaitu, jumlah orang yang bekerja sama dengan angkatan kerja dikurangi jumlah pengangguran. Jika kita mengganti  untuk  dalam kondisi mapan, kita peroleh
Untuk mendapatkan tingkat pengangguran, kita bagi kedua sisi persamaan ini dengan  untuk mendapatkan
Sekarang, kita cari
Persamaan ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran kondisi mapan   bergantung pada tingkat pemutusan kerja (s) dan tingkat perolehan kerja (f).Semakin tinggi tingkat pemutusan kerja, semakin tinggi tingkat pengangguran.Semakin tinggi tingkat perolehan kerja, semakin rendah tingkat pengangguran.
Model tingkat pengangguran alamiah ini memiliki implikasi yang jelas tetapi penting bagi kebijakan publik. Semua kebijakan yang bertujuan menurunkan tingkat pengangguran alamiah akan menurunkan tingkat pemutusan kerja atau meningkatkan tingkat perolehan pekerjaan. Demikian pula, semua kebijakan yang mempengaruhi tingkat pemutusan kerja atau perolehan pekerjaan akan mengubah tingkat pengangguran alamiah.

B.  Pencarian Kerja dan Pengangguran Friksional
Salah satu alasan adanya pengangguran adalah dibutuhkannya waktu untuk mencocokkan antara pekerja dengan pekerjaan. Para pekerja mempunyai kemampuan dan karakteristik yang berbeda. Sementara itu, arus informasi tentang lowongan kerja kurang sempurna. Peristiwa ini dapat mengurangi tingkat perolehan kerja, karena pekerjaan yang berbeda membutuhkan keahlian dan juga upah yang berbeda. Pengangguran yang disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan orang untuk mencari pekerjaan disebut pengangguran friksional.
Ketika permintaan terhadap barang bergeser, permintaan kerja oleh produsen yang memproduksi barang tersebut juga berubah. Penemuan PC misalnya, mengurangi permintaanterhadap mesin ketik dan hal itu berdampak pada permintaan tenaga kerja oleh produsen mesin ketik. Pada saat yang sama, penemuan tersebut meningkatkan permintaan tenaga kerja pada industri elektronik. Para ekonom menyebut perubahan komposisi permintaan antar industri atau wilayah sebagain pergeseran sektoral.
Selain pergeseran sektoral, PHK juga dapat disebabkan karena perusahaan mereka bangkrut, tenaga mereka sudah tidak dibutuhkan lagi, kinerja pekerja merosot dan keinginan mereka untuk berganti karier.



Kebijakan Publik dan Pengangguran Friksional
Salah satu kebijakan publik untuk mengurangi jumlah pengangguran friksional adalah adanya asuransi pengangguran. Dengan adanya asuransi pengangguran, penganggur dapat mengambil upah mereka setelah mereka kehilangan pekerjaan. Akan tetapi, program ini dapat mengurangi tekanan bagi para pekerja untuk mencari kerja dan cenderung menolak tawaran kerja yang kurang menarik. Sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya PHK.
Walaupun program ini meningkatkan tingkat pengangguran alamiah, bukan berarti bahwa kebijakan tersebut salah. Program ini dapat mengurangi ketidakpastian pekerja tentang pendapatannya. Para pekerja yang menolak tawaran kerja yang kurang menarik juga dapat mengarahkan pekerja pada pencocokan kerja sesuai bidangnya.
Program tunjangan pengalaman 100% adalah program yang meminta perusahaan yang memberhentikan pekerja untuk memberikan tunjangan penuh sebesar manfaat asuransi pengangguran.
Program tunjangan pengalaman parsial. Menurut sistem ini, ketika sebuah perusahaan memecat seorang pekerja,ia hanya berkewajiban membayar sebagian dari tunjangan pekerja, sisanya berasal dari penerimaan umum program tersebut.

C.  K­ekakuan Upah-Riil dan Penangguran Struktural
Alasan kedua adanya pengangguran adalah kekakuan upah. Gagalnya upah melakukan penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya. Dalam model ekuilibrium tenaga kerja, upah riil menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Akan tetapi, upah tidak selalu fleksibel. Kadang-kadang upah riil tertahan di atas tingkat kliring pasar atau tingkat ekuilibrium.
Kekakuan upah menyebabkan pengangguran. Ketika upah riil berada di tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan,jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta. Perusahaan harus menjatah pekerjaan yang langka diantara para pekerja. Kekauan upah riil mengurangi tingkat perolehan kerja dan mempertinggi tingkat pengangguran.
Pengangguran yang disebabkan oleh kekakuan upah dan penjatahan pekerjaan disebut pengangguran struktural. Para pekerja tidak di kerjakan karena mereka aktif mencari pekerjaan yang paling cocok dengan keahlian mereka tetapi karena, pada tingkat upah berlaku Penawaran tenaga kerja melebihi permintaannya.
Pengangguran struktural muncul karena perusahaan gagal menurunkan upah akibat kelebihan penawaran tenaga kerja. Tiga hal yang menyebabkan kekakuan upah yaitu Undang-undang upah minimum, kekuatan monopoli serikat pekerja dan efisiensi upah.

1.    Undang-undang upah minimum.
Undang-undang upah minimum menetapkan tingkat upah minimal yang harus dibayar perusahaan kepada para karyawannya. Sejak dikeluarkannya undang-undang standar kerja yang adil tahun 1938, pemerintah federal AS memaksa upah minimum yang biasanya berada diantara 30 sampai 50 persen dari rata-rata industri manufaktur.
Upah ekuilibrium para pekerja usia muda cenderung rendah karena kedua alasan yaitu :
a.    Para pekerja usia muda termasuk anggota angkatan kerja yang kurang terdidik dan kurang berpengalaman,mereka cenderung memiliki produktifitas marginal yang rendah.
b.    Para pemuda sering kali mengambil sebagian dari “kompensasi” mereka dalam bentuk on the job training ketimbang bayaran langsung.
Untuk mengurangi dampak pengangguran pada usia muda,para ekonom membuat kebijakan. Kebijakan ini mengijinkan upah yang lebih kecil bagi para pemuda, yang akan mengurangi pengangguran dan memungkinkan mereka dapat pelatihan serta pengalaman kerja. Para penentang kebijakan ini berpendapat bahwa kebijakan ini memberi insentif kepada perusahaan untuk mengganti para pemuda dengan orang dewasa yang tidak terdidik yang akan meningkatkan pengangguran diantara kelompok itu. Kebijakan ini diterapkan secara terbatas pada tahun 1991 sampai 1993, namun banyak hambatan yang dihadapi dalam penggunaannya, maka kebijakan ini hanya memiliki dampak terbatas dan karena itu tidak diperbarui di kongres.
Banyak ekonom dan pembuat kebijakan percaya bahwa keringanan pajak adalah cara yang lebih baik untuk meningkatkan pendapatan para pekerja miskin. Namun demikian keringanan pajak memiliki kelemahan karena mengurangi penerimaan pajak pemerintah.

2.    Serikat pekerja dan posisi tawar menawar kolektif
Kekakuan upah yang kedua adalah kekuatan monopoli serikat pekerja. Upah pekerja yang tergabung dalam serikat pekerja tidak ditentukan oleh tingkat ekuilibrium penawaran dan permintaan, tetapi oleh posisi tawar menawar kolektif antara pimpinan sekitar pekerja dan manajemen perusahaan. Sering kesepakatan akhir meningkatkan upah di atas tingkat ekuilibrium dan memungkinkan perusahaan untuk memutuskan beberapa banyak pekerja yang diterima. Hasilnya adalah penurunan jumlah pekerja yang dipekerjakan, tingkat perolehan kerja yang lebih rendah dan kenaikan pengangguran struktural.
Serikat pekerja juga dapat mempengaruhi jumlah upah yang dibayar perusahaan yang memiliki angkatan kerja yang tidak menjadi anggota serikat pekerja karena ancaman pembentukan serikat pekerja bisa mempertahankan upah diatas tingkat ekuilibrium.
Pengangguran yang disebabkan oleh serikat pekerja dan ancaman pembentukan serikat pekerja adalah sebuah contoh konflik antara kelompok kerja yang berada di dalam dan di luar. Para pekerja yang sudah bekerja pada suatu perusahaan, orang dalam, biasanya berusaha mempertahankan upah tetap tinggi. Para pengangguran, orang luar, menentang pemberian upah yang tinggi karena pada upah yang lebih rendah mereka bisa dipekerjakan. Kedua kelompok ini kecenderungan memiliki kepentingan yang bertentangan.Dampak dari setiap tawar menawar terhadap upah dan kesempatan kerja sangat tergantung pada pengaruh relatif pada masing-masing kelompok.

3.    Upah efisiensi
Teori upah efisiensi menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih produktif. Pengaruh upah pada efisiensi pekerja dapat menjelaskan kegagalan perusahaan untuk memangkas upah meskipun terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja.
Para ekonom mengajukan beberapa teori untuk menjelaskan bagaimana upah mempengaruhi produktifitas pekerja.
a.    Teori upah efisiensi yang diterapkan di negara miskin,menyatakan upah mempengaruhi nutrisi. Para pekerja yangdibayar dengan upah memadai bisa membali lebih banyak nutrisi dan para pekerja yang lebih sehat lebih produktif. Suatu perusahaan mungkin akan membayar upah di atas tingkat ekuilibrium untuk menjaga agar tenaga kerjanya tetap sehat.
b.    teori upah efisiensi yang kedua, yang lebih relevan dengan negara maju, menyatakan bahwa upah yang tinggi menurunkan perputaran tenaga kerja. Para pekerja keluar dari pekerjaannya karena berbagai alasan untuk menerima pekerjaan yang lebih baik dari perusahaan lain, mengubah karier atau pindah kewilayah lain. Semakin besar perusahaan membayar pekerjanya, semakin besar insentif mereka untuk tetap bekerja dalam perusahaan tertentu. Dengan membayar upah yang tinggi, perusahaan mengurangi frekuensi pekerja yang keluar dari pekerjaan, sekaligus mengurangi waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menarik dan melatih pekerja baru.
c.    Teori upah efisiensi yang ketiga,menyatakan bahwa kualitas rata-rata dari tenaga kerja perusahaan tergantung pada upah yang dibayar kepada karyawannya. Jika perusahaan mengurangi upahnya, maka pekerja yang baik bisa mengambil pekerjaan di tempat lain.meninggalkan perusahaan dengan para pekerja yang tidak terdidik yang memiliki lebih sedikit alternatif.
d.   Teori upah efisiensi yang keempat,menyatakan bahwa upah yang tinggi meningkatkan upaya pekerja. Teori ini menegaskan bahwa perusahaan tidak dapat memantau dengan sempurna upaya para pekerja dan para pekerja harus memutuskan sendiri sejauh mana mereka akan bekerja keras.

D.  Pola Pengangguran
Proses pencariaan kerja (yang menyebabkan pengangguran friksional) dan kekakuan upah (yang menyebabkan pengengguran structural). Kekakuan pada gilirannya muncul dari undang-undang upah minimum, pembentukan serikat pekerja, dan upah efisiensi.

1.    Durasi Pengangguran
Sebagian besar  pengangguran bersifat jangka-pendek, maka seseorang mungkin berpendapat bahwa itu adalah pengangguran friksional dan tidak dapat dihindari. Para pengangguran mungkin memerlukan  waktu untuk mencari pekerjaan yang paling cocok dengan keahlihan dan selera mereka. Disisi lain pengangguran jangka-panjang tidak bisa dengan mudah dikaitkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencocokan pekerjaan dan pekerja: kita tidak berharap proses pencocokan ini memakan waktu berbulan-bulan. Pengangguran jangka-panjang cenderung menjadi pengangguaran struktural. Data yang ada menunjukkan bahwa masa menganggur adalah pendek, tetapi sebagian besar waktu menganggur itu bisa dikaitkan dengan pengangguran jangka-panjang.
Perhatikanlah data tahun 1974, ketika tingkat pengangguran adalah 5,6 persen. Pada tahun itu, 60 persen dari masa menganggur berakhir dalam waktu satu bulan, tetapi 69 persen dari minggu-minggu menganggur berlangsung dua bulan atau lebih. Anggaplah bahwa 10 orang menganggur pada tahun tertentu. Dari 10 orang ini,8 orang menganggur selama 1 bulan dan 2 orang menganggur selama 12 bulan,sehingga total 32 bulan. Dalam contoh ini, sebagian besar masa menganggur adalah pendek: 8 dari 10 masa menganggur, atau 80 persen berakhir dalam satu bulan. Tetapi sebagian besar masa menganggur dikaitkan dengan pengangguran jangka panjang: 24 haari 32 bulan menganggur atau 75 persen, dialami oleh 2 pekerja yang masih menganggur selama 12 bulan. Tergantung pada apakah kita melihat masa menganggur atau bulan-bulan menganggur, sebagian besar pengangguran bisa berupa pengangguran jangka panjang.
Bukti tentang durasi pengangguran ini memiliki implikasi penting terhadap kebijakan publik. Jika tujuannya adalah memperkecil tingkat pengangguran alamiah, maka kebijakan harus ditunjukan pada jumlah pengangguran yang besar. Tetapi kebijakan harus ditargetkan dengan cermat, karena pengangguran jangka panjang menunjukan monoritas yang lebih kecil dari mereka yang menjadi pengangguran. Sebagian besar orang menjadi pengangguran memperoleh pekerjaan dalam waktu singkat.


2.    Variasi Tingkat Penganggurandi Antara kelompok-kelompok Demografis
Model itu menunjukan dua penyebab kemungkinan timbulnya tingkat pengagguran yang tinggi: tingkat perolehan kerja yang rendah dan tingkat pemusutan hubungan kerja yang tinggi. Sebagai contoh, pria kulit putih yang bekerja adalah 4 kali lipat cenderung menjadi pengangguran jika ia seorang pemuda (teenager) ketimbang ia seorang dewasa (middle-aged); sekali menganggur, tingkat perolehan kerjanya begitu terkait dengan usianya. Para pekerja lebih muda baru memasukipasa tenaga kerja dan mereka seringkali tidak merasa pasti dengan rencana karirnya. Barangkali yang terbaik adalah  mereka mencoba berbagai jenis pekerjaan sebelum membuat komitmen jangka panjang pada pekerjaan tertentu. Jika demikian seharusnya mengharapkan tingkat pemutusan hubungan kerja yang lebih tinggi dan tingkat pengangguran friksional yag lebih tinggi.
TINGKAT PENGANGGURAN MENURUT KELOMPOK DEMOGRAFIS:2000
Usia
Pria
kulit putih
Wanita
kulit putih
Pria
kulit hitam
Wanita
kulit hitam
16-19
12,3
10,4
26,4
23,0
20 ke atas
2,8
3,1
7,0
6,3

 







3.    Tren dalam pengangguran AS
a.    Demografis
Perubahan demografis ini tidak sepenuhnya menjelaskan trennya pengagguran karena tren yang sama muncul pada kelompok-kelompok demografis tetap. Misalnya untuk laki-laki berumur 25 dan 54 tahun ,tingkat pengangguran rata-rata meningkat dari 3,0 persen pada tahu  1960-an menjadi 6,1 persen pada tahun 1980-an. Jadi meskipun perubahan-perubahan demografis menjadi bagian dari kisah meningkatnya penangguran selama periode ini, namun harus ada penjelasan lain mengenai tren ini, namun harus ada penjelasan lain mengenai tren jangka panjang tersebut.
b.    Pergeseran sektor
Semakin besar jumlah realokasi sektoral semkin besar tingkat pemutusan hubungan kerja dan semakin tinggi tingkat pengangguran friksional. Satu sumber pergeseran sektoral  selama tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an adalah melonjaknya harga  minyak yang disebabkan oleh OPEC, yaitu organisasi Negara-negara penghasil minyak. Perubahan bersar dalam harga minyak ini menurut realokasi tenaga kerja dari sector padat energi yang lebih besar ke sector padat energi lebih kecil.
Jika demikian, maka lonjakan minyak-minyak telah meningkatkan harga-minyak telah meningkatkan pengangguran selama periode ini. Meskipun sulit untuk dievaluasi,penjelasan ini konsisten dengan perkembangan baru:penuruan pengangguran selama tahun 1990-an dikaitkan dengan stabilitas kenaikan  harga minyak.
c.    Produktivitas
Penjelasan ketiga tentang tren pengangguran menekankan hubungan antara pengangguran dengan produktivitas. Dalam teori standar pasar tenaga kerja, produkttivitas yang lebih tinggi menunjukan peningkatan pemerintaan tenaga kerja berupa riil yang lebih tinggi,namun penganguran tetap. Prediksi ini konsisten dengan data jangka panjang, yang menentukan tren peningkatan yang konsisten dalam produktivitas dan upah riil tetapi tidak dengan tren pengangguran. Ketika produksi berubah, pekerja secara bertahap hanya mengubah upah riil yang mereka minta,yang membuat upah riil menurun sebagai akibat dari permintaan tenaga kerja dan menurunya upah riil, mengurangi jumlah pengangguran.

4.    Transisi Masuk danKeluar dari Angkatan Kerja
Dari dinamika pasar tenaga kerja: pergeseran individu masuk dan keluar dari angkatan kerja. Model tingkat pengangguran alamiah kita mengasumsikan bahwa besarnya angkatan kerja adalah tetap. Dalam hal ini alsan tunggal untuk pengangguran adalah pemutusan hubungan kerja,dan satu-satunya alsan untuk meninggalkan pengangguran adalah perolehan kerja. Dalam kenyataan perubahaan angkatan kerja adalah penting. Sekitar sepertiga dari pengangguran adalah pekerja baru saja masuk kedalam angkatan kerja. Sebagian dari mereka adalah para pekerja mudah yang masih mencari pekerjaan pertama mereka; sementara sebagian lain telah bekerja sebelumnya, tetapi untuk sementara keluar. Selain itu, tidak semua pengangguran berakhir dengan memperoleh kerja: hampir separuh dari seluruh masa penganguran berakhir dengan penarikan para penganguran dari pasar tenaga kerja. Sebagian individu yang merasa diri mereka menganggur tidak serius mencari pekerjaan dan mungkin lebih tepat dianggap keluar dari angkatan kerja. “Pengangguran“ ini tidak menunjukan masalh sosial. Disisi lain, sebagian individu mungkin meningkatkan pekerjaan, tetapi setelah mencarinya dan belum juga berhasil, mereka menyerah. Para pekerja putus asa (discouraged workers) ini di anggap keluar dari angkatan kerja dan tidak ditampilkan dalam statistic pengangguran. Meskipun pengangguran mereka tidak dapat diukur, hal ini tetap menjadi masalah sosial.

5.    Meningkatkan Pengangguran di Eropa
Banyak ekonom percaya bahwa masalah itu berasal dari besarnya tunjangan menganggur yang dinikmati oleh para pengangguran,digabungkan dengan turunya permintaan terhadap para pekerja tidak terlatih dibandingkan para pekerja teratih. Sebagian besar Negara Eropa memiliki program tunjangan yang sangat dermawan bagi para pengangguran.Program-program ini berjalan dengan banyak nama:asuransi sosial,masyarakat sejahtera,atau nama mudah saja “sumbangan”.
Banyak Negara mengijinkan para penganguran mendapat tunjangan secara tidak terbatas, bukan hanya untuk jangka pendek seperti di Amerika Serikat. Studi yang dilakukan menunjukkan bahwa Negara-negara lebih banyak tunjangan bagi para pengangguran cenderung memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi. Orang-orang hidup dari tunjangan ini benar-benar keluar dari angkatan kerja:mesikipun ada peluangkerja,namun mengambil pekerjaan adalah kurang menarik daripada tetap tidak bekerja. Tetapi orang-orang ini dianggap sebagai pegangguran dalam statistic pemerintah.Selain itu tidak diragukn lagi bahwa permintaan terhadap para pekerja tidak terlatih relatif turun dibangingkan pemerintaan terhadap tenaga kerja terlatih. Perubahaan permintaan ini kemungkinan terkait dengan perubahan teknologi:computer,miasalnya meningkatkan permintaan terhadap para pekerja yang mapu menggunakan dan mengurangi permintaan terhadap para pekerja yang tidak bisa memakainya.


PENUTUP

A.  Kesimpulan
            Pengangguran menunjukan sumber daya yang terbuang. Para pengangguran memiliki potensi untuk memberikan konstribusi pada pendapatan nasional, tetapi mereka tidak melakukannya. Pencarian kerja yang cocok dengan keahlihan mereka merupakan hal yang cocok dengan kealihan mereka merupakan hal yang menggembirakan jika pencarian itu berakhir, dan orang-orang yang menunggu pekerjaan diperusahaan yang membayar upah di atas ekuilibrium merasa senang ketika lowongan dibuka.
            Pengangguran friksional dan pengangguran struktural tidak bisa dengan mudah dikurangi. Pemerintah tidak dapat membuat pencarian kerja berinstan, juga tidak bisa dengan mudah membawa upah mendekati tingkat ke ekuilibrium. Tingkat pengangguran nol adalah tujuan yang sulit diwujudkan dalam perekonomian pasar-bebas.
            Tetapi kebijakan publik bukannya tidak berdaya mengurangi pengangguran. Program-program pelatihan, sistem asuransi-pengangguran, upah minimum, dan undang-undang yang mengarahkan posisi tawar menawar kolektif adalah perdebatan politik yang sering diperbincangkan. Kebijakan yang kita pilih sebaiknya memiliki dampak penting terhadap tingkat pengangguran alamiah perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, N. Gregory. 2003. Macroeconomics. Fifth Edition. Worth Publisher