Promosi Produk

Selamat Datang Di Blog Kami, Semoga Bermanfaat..

Segmentasi Pasar

Selamat Datang Di Blog Kami, Semoga Bermanfaat..

Afiliasi Marketing

Selamat Datang Di Blog Kami, Semoga Bermanfaat..

Google Adsense

Selamat Datang Di Blog Kami, Semoga Bermanfaat..

BLOGGING

Selamat Datang Di Blog Kami, Semoga Bermanfaat..

Minggu, 29 Januari 2023

LKS BIDANG MARKETING ONLINE TINGKAT KAB. BANYUWANGI 2023


SMKS 17 Agustus 45 Cluring baru saja meraih prestasi peringkat 2 Lomba Kompetensi Siswa(LKS) Tingkat Kabupaten Banyuwangi yang meliputi  10 SMK Negeri/Swasta, Peraih predikat tersebut atas nama Putri Aldana siswa kelas XII jurusan BISNIS DARING DAN PEMASARAN (BDP) berhasil mendapatkan posisi ke 2 dari 10 peserta yang mengikuti LKS Bidang Marketing Online yang di selenggarakan di SMKS PGRI Rogojampi tersebut.

Kamis, 19 Januari 2023

Lowongan Pekerjaan Open Recruitment Alfamart BKK SMK 17 Agustus 45 Cluring


Lowongan Pekerjaan Banyuwangi

Open Recruitment
Walk In Interview
Posisi : Crew Store
ALFAMART

Senin, 30 Januari 2023
Hanya di SMKS 17 Agustus 45 Cluring

#lokerbanyuwangi #bwi24jam

Senin, 16 Januari 2023

Penyerahan Siswa Prakerin SMKS 17 Agustus 45 Cluring Jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran (BDP)



Telah berlansung penyerahan siswa prakerin SMKS 17 Agustus 45 Cluring Banyuwangi Jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran (BDP) di KDS Genteng, Mitra Swalayan, Merdeka Mart Cluring dan PT Bares Grosir Rogojampi. Prakerin atau Praktek Kerja Industri merupakan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan pembelajaran bagi siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang dilakukan di dunia usaha atau dunia industri yang berkaitan dengan kompetensi siswa sesuai bidangnya.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan Prakerin adalah :

  1. Terjalinnya kerjasama antara SMK dan dunia kerja;
  2. Karakter dan budaya kerja industri pada peserta didik semakin
    berkembang;
  3. Meningkatnya kompetensi Peserta Didik sesuai kurikulum dan
    kebutuhan dunia kerja;
  4. Meningkatnya wawasan peserta didik tentang dunia kerja;
  5. Terjadinya sinkronisasi kompetensi antara sekolah dengan dunia
    kerja;
  6. Terbentuknya sikap mandiri peserta didik untuk bekerja dan/atau
    berwirausaha;

Minggu, 15 Januari 2023

BELAJAR DIAM DAN MENYENDIRI

*❄️ BELAJAR DIAM DAN MENYENDIRI 💧💎*

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid032CdoPBFGN8yjt7MxYDie3xNHXXNF59PDvdkMNDy6LRaYG3RXDrQj9n8Vte12tAN7l&id=100001105385773

Diantara perkara yang banyak mengotori hati adalah over dalam banyak bicara dan berlebihan bergaul dengan manusia. 

Memang tak dipungkiri kita tak mungkin hidup menyendiri, membisu dan membatu karena kita bukan benda mati, dan karena kita makhluk sosial. 

Namun banyak bergaul dengan manusia memiliki banyak sekali efek negatif yang bila kita tak mampu meminimalisirnya, kita hanya akan menuai dosa.

Berkumpul dengan manusia membuat kita akan selalu ingin bicara, karena tabiat dasar manusia itu bila bicara selalu ingin menonjolkan dirinya.

Tak sadar lidah ini bila digoyang, kerap berceloteh seputar kesuksesan karir, keberhasilan dunia, kehebatan ilmu dan ibadah, yang hanya melahirkan ujub dan bangga.

Kalaupun lidah selamat dari hal di atas, sering tak selamat dari membicarakan keburukan orang alias ghibah, bila sukses dari ghibah tak ada jaminan pula luput dari dosa mengadu domba alias namimah.

Bila lidah selamat dari hal di atas, belum tentu lolos dari sok tau, berfatwa tanpa ilmu, dan minimal bicara sesuatu yang sia-sia tak bernilai pahala. Padahal kebaikan Islam seseorang itu bilamana mampu meninggalkan apa yang sia-sia bagi dirinya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976)

Solusi terhindar dari keburukan hal di atas, adalah banyak diam dan mengurangi pergaulan . Uzlah (menyendiri) di zaman fitnah itu bagian dari sunnah Nabi.

Uqbah bin Amir pernah bertanya pada Nabi-shallallahu alaihi wa sallam:

 قلتُ يا رسولَ اللهِ ما النَّجاةُ قال أمسِكْ عليكَ لسانَكَ، وليسعْكَ 
بيتُك، وابكِ على خطيئتِكَ

“Ya Rasulullah , bagaimana jalan selamat?"
Beliau menjawab: ”kau tahan lidahmu, cukuplah bagimu berdiam di rumahmu dan tangisilah dosa-dosamu”. HR. Tirmizi.

Kawan, jalan selamat adalah menjaga lisan, tak banyak keluyuran kemana-mana, dan taubat dengan menyesali, menangisi dosa-dosa. 

Allahul musta’an

———

Denpasar, Bali 28 Jumadil Ula 1440/22 Des 2022

Abinya Zubair Ahmad Ridwan My

Khutbah Jumat Tentang Gempa

°°🕌 KHUTBAH JUM'AT 🕌°°


°°GEMPA°°


KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Ummatal Islam,

Khatib senantiasa mewasiatkan dirinya dan jamaah sekalian untuk senantiasa bertakwa kepada Allah. Karena sesungguhnya sebaik-baik perbekalan kita menuju kehidupan akhirat adalah ketakwaan kita kepada Allah Jalla wa ‘Ala.

Ummatal Islam

Sesungguhnya musibah dan bencana, semua akibat daripada dosa-dosa manusia. Tidak ada satupun musibah yang terjadi kecuali semua itu akibat perbuatan-perbuatan kita.

🕋 Allah berfirman:

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Tidak ada satupun musibah yang menimpa kalian kecuali akibat daripada dosa-dosa kalian juga.” (📖QS. Asy-Syura[42]: 30)

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan dalam Al-Qur’an bagaimana Allah menimpakan adzabNya kepada kaum-kaum yang mereka mengingkari Allah, mereka mempersembahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana Allah timpakan kepada kaumnya Nabi Nuh, Allah timpakan kepada ‘Ad kaumnya Nabi Hud. Demikian pula kaum-kaum setelahnya, akibat mereka mempersekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka saudaraku.. Ini sebagai sebuah peringatan kepada kita. Ketika kita merasakan kemarin bagaimana dahsyatnya gempa yang menimpa kita. Saudara-saudara kita di Cianjur sana sekarang sedang menderita, itu semuanya bukan karena Allah dzalim, dan Allah tidak pernah mendzalimi hambaNya. 

🕋 Allah berfirman:

وَلا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

“Rabbmu tidak pernah mendzalimi siapapun.” (📖QS. Al-Kahfi[18]: 49)

Akan tetapi kita yang dzalim, kita yang pastinya berbuat banyak dosa kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Maka Allah peringatkan kita agar kembali kepada Allah, agar kita senantiasa mentauhidkan Allah, agar kita senantiasa sadar bahwa kita adalah hamba Allah yang lemah, yang fakir dan membutuhkan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala. Agar hilang kesombongan di hati-hati kita. Sehebat apapun kita, sekaya apapun kita, setinggi apapun derajat dan kedudukan kita, kita kecil di mata Allah ‘Azza wa Jalla.

Subhanallah.. Dengan adanya bencana ini, saudaraku.. Ini merupakan peringatan untuk kita agar kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau kita tidak kembali dengan peringatan ini, lalu dengan apalagi kita akan kembali? Belum kah saatnya kita kembali kepada Allah?

Jangan sampai kita seperti orang-orang ahli kitab sebelum kita. Panjang waktu kepada mereka, namun semakin keras hati mereka. Peringatan-peringatan Allah lagi mempan di hati mereka. Kita tidak ingin seperti itu.

Subhanallah, saudaraku.. Gempa yang kemarin terjadi menjadikan hati-hati orang yang beriman takut kepada Allah. Dan itu mengingatkan bahwasanya betapa kerasnya adzab Allah apabila kita tidak mau menaatiNya, apabila kita tidak mau meninggalkan maksiat-maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Saudaraku.. Bagi mereka yang hatinya keras, mereka menganggap gempa itu hanyalah fenomena alam. Mereka tak pernah menghubungkan dengan Allah pencipta langit dan bumi. Seakan-akan bumi ini berguncang tanpa izin Allah. Mereka menganggap ini hanya fenomena alam. Tidak, demi Allah.. Sesungguhnya tidak mungkin terjadi gempa kecuali dengan perintah dan izin dari Allah ‘Azza wa Jalla. Semua atas perintah dan izin dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak mungkin yang ada di bumi dan di langit bisa melakukan sesuatu tanpa izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Namun tentunya, saudaraku.. Allah tidak pernah dzalim kepada orang-orang yang beriman. Musibah-musibah dan bencana-bencana yang menimpa itu bagi orang yang beriman dan beramal shalih itu adalah penghapus dosa-dosa mereka. Karena umat Islam ini adalah umat yang dirahmati oleh Allah.

🕋 Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أمتي هذه أمةٌ مرحومةٌ ، ليس عليْها عذابٌ في الآخرةِ ، عذابُها في الدُّنيا ، الفتنُ ، والزلازلُ ، والقتلُ

“Umatku adalah umat yang dirahmati oleh Allah, mereka tidak ada adzab di akherat. Akan tetapi adzab mereka di dunia saja dengan fitnah, gempa bumi, dan dibunuh.” (📖HR Abu Dawud)

Saudaraku.. Ternyata bagi umat Islam ini adalah kasih sayang Allah. Allah ingin peringatkan mereka dengan adanya gempa, Allah pun ingin mengampuni dosa-dosa mereka yang senantiasa bertakwa, beriman dan beramal shalih dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Saudaraku.. Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah, dengan adanya kejadian-kejadian seperti ini, dia akan segera dan kembali kepada Allah, dia bertaubat kepada Allah, dia memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia tidak ingin diadzab dalam kehidupan akhirat. Bagaimana adzab Allah yang sangat keras di dalam kehidupan dunia ini saja, kita tidak mampu untuk menahannya, bagaimana dengan adzabNya nanti dalam kehidupan akhirat?

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

KHUTBAH KEDUA

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Ummatal Islam

Sesungguhnya gempa yang terjadi memberikan peringatan kepada kita, tentang akibat buruk perbuatan maksiat. Maksiat mencabut keberkahan, mendatangkan kemurkaan, menjadikan seorang hamba jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, mendatangkan berbagai macam adzab dari Allah.

Namun tentunya, saudaraku.. Sanksi Allah yang terlihat lebih ringan dibandingkan sanksi yang tidak terlihat. Terkadang Allah memberikan sanksi kepada kita dengan sesuatu yang kita tidak rasakan. Ketika kita berbuat maksiat kepada Allah, dicabut kekhusyukan dari hati kita, dijadikan kita berat untuk melangkahkan kaki kita ke masjid, dijadikan kita tidak suka mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala karena Allah pun tidak suka kepada kita. Saudaraku, ini lebih berat dibandingkan sanksi yang terasa dan kita lihat.

Maka ketika kita merasakan hal itu, saat shalat kita tidak bisa khusyuk, saat berdzikir kita pun tidak merasa tentram, saat membaca Al-Qur’an kita pun tidak merasa tenang, demi Allah itu musibah yang lebih besar daripada gempa.

Maka kewajiban kita, saudaraku.. Setiap kita berusaha berpikir tentang kehidupan di dunia, karena kita tidak akan pernah selamanya dalam kehidupan dunia ini.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

  اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات

اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين، اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، اللهم اصلح ولاة أمورنا يا رب العالمين، واجعلنا من التوابين واجعلنا من المتطهرين

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عباد الله:

إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.


Ustadz Abu Yahya Badru Salam Lc Hafidzhahullah


https://www.radiorodja.com/52440-khutbah-jumat-singkat-tentang-gempa/

MALU ITU USIA BERTAMBAH TAPI AMAL TIDAK BERTAMBAH

°°MALU ITU USIA BERTAMBAH TAPI AMAL TIDAK BERTAMBAH°°


Malu Itu
Usia bertambah

Amal tidak tambah
Makin tua

Makin tamak dunia
Semoga dimudahkan beramal dan membantu sesama
Merupakan penyesalan, usia bertambah tetapi amal tidak bertambah
 
🕌 Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,

ﻣﺎ ﻧﺪﻣﺖ ﻋﻠﻰ ﺷﻲﺀ ﻧﺪﻣﻲ ﻋﻠﻰ ﻳﻮﻡ ﻏﺮﺑﺖ ﴰﺴﻪ ﻧﻘﺺ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﻠﻲ ﻭﱂ ﻳﺰﺩ ﻓﻴﻪ ﻋﻤﻠﻲ.

“Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang (usia bertambah), namun amalanku tidak bertambah.” [1]

Makin tua seharusnya sudah siap-siap menghadapi kematian bukan semakin tamak dengan dunia.

 Tanda-tanda sudah ada:

-Rambut mulai memutih: tinggalkanlah dunia hitam jika digeluti selama ini

-Badan mulai membungkuk: Hentikan membusungkan dada dan mendongakkan kepala karena sombong
Kematian sudah hampir mendekat dan menghancurkan kelezatan dunia yang selama ini membuat lalai akan akhirat

🕋 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺃَﻛْﺜِﺮُﻭﺍ ﺫِﻛْﺮَ ﻫَﺎﺫِﻡِ ﺍﻟﻠَّﺬَّﺍﺕِ ‏ ﻳَﻌْﻨِﻰ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ 

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian ”. [2]
Khusus bagi mereka yang sudah mendekati usia 60 tahun maka ada himbauan khusus.

🕋 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺃَﻋْﺬَﺭَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﺃَﺧَّﺮَ ﺃَﺟَﻠَﻪُ ﺣَﺘَّﻰ ﺑَﻠَّﻐَﻪُ ﺳِﺘِّﻴﻦَ ﺳَﻨَﺔً

“Allah telah memberi udzur kepada seseorang yang Dia akhirkan ajalnya, hingga mencapai usia 60 tahun.”[3]
Maksudnya adalah umur 60 tahun seharusnya tidak bisa menjadi udzur lagi yaitu beralasan masih punya umur untuk menunda melakukan kebaikan dan menunda bertaubat, karena umur 60 tahun sudah sangat dekat dengan kematian.

🕌 Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan,

ﻭَﺍﻟْﻤَﻌْﻨَﻰ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﻢْ ﻳَﺒْﻖَ ﻟَﻪُ ﺍﻋْﺘِﺬَﺍﺭٌ ﻛَﺄَﻥْ ﻳَﻘُﻮﻝَ ﻟَﻮْ ﻣُﺪَّ ﻟِﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺟَﻞِ ﻟَﻔَﻌَﻠْﺖُ ﻣَﺎ ﺃُﻣِﺮْﺕُ ﺑِﻪ

“Makna hadits yaitu tidak tersisa lagi udzur/alasan  misalnya berkata, “Andai usiaku dipanjangkan, aku akan melakukan apa yang diperintahkan kepadaku.” [4]
Demikian semoga bermanfaat

@Markaz YPIA, Yogyakarta Tercinta

Penyusun: Ustadz dr Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com

Catatan kaki:
[1]  Lihat Miftahul Afkar dan Mausu’ah khutab Al-Mimbar
[2] HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Tirmidzi
[3] HR. Bukhari 6419
[4]  Fathul Bari Libni Hajar Al-Asqalani 11/240

JANGAN MENGUNGKIT-UNGKIT PEMBERIAN

JANGAN MENGUNGKIT-UNGKIT PEMBERIAN

Di antara bentuk penyakit dan maksiat lisan (lidah) adalah mengungkit-ungkit pemberian kepada orang lain. Misalnya seseorang mengatakan kepada temannya, “Bukankah dulu aku yang telah memenuhi kebutuhanmu saat kamu kesusahan, mengapa sekarang melupakanku?” atau kalimat-kalimat semacam itu.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian batalkan (pahala) sedekah kalian dengan mengungkit-ungkit pemberian dan menyakiti (yang diberi).” (QS. Al-Baqarah [2]: 264)

Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala jelaskan bahwa perbuatan suka mengungkit-ungkit pemberian yang telah disedekahkan atau dihadiahkan kepada orang lain itu dapat membatalkan (menghapuskan) pahala. Dan perbuatan suka mengungkit-ungkit pemberian menunjukkan kurangnya iman orang tersebut. Karena dalam ayat di atas, Allah Ta’ala awali dengan “Wahai orang-orang yang beriman … “. Dengan kata lain, tuntutan atau konsekuensi dari keimanan kepada Allah Ta’ala adalah tidak melakukan hal yang demikian itu.

Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنّاً وَلا أَذىً لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah [2]: 262)

Diriwayatkan dari sahabat Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Tiga golongan manusia yang Allah tidak akan mengajak mereka bicara pada hari kiamat, tidak melihat mereka, tidak mensucikan dosanya dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih.”

Abu Dzar berkata lagi, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulanginya sampai tiga kali. Abu Dzar berkata, “Mereka gagal dan rugi, siapakah mereka wahai Rasulullah?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

الْمُسْبِلُ، وَالْمَنَّانُ، وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ

“Orang yang melakukan isbal (memanjangkan sarungnya sampai melebihi mata kaki, pent.), orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian, dan orang yang (berusaha) membuat laku barang dagangan dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim no. 106)

Berdasarkan ayat dan hadits di atas, di antara bentuk dosa dan maksiat lisan adalah suka mengungkit-ungkit pemberian atau sedekah yang telah dia berikan kepada orang lain. Dan perbuatan ini termasuk dosa besar, karena terdapat ancaman khusus dari syariat. Ancaman pertama, dibatalkannya pahala (sebagaimana dalam ayat). Juga ancaman yang terdapat dalam hadits. Sehingga disimpulkan bahwa perbuatan tersebut adalah dosa besar sebagaimana kaidah yang disampaikan oleh para ulama bahwa setiap dosa yang memiliki ancaman khusus, maka digolongkan dalam dosa besar.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsamin rahimahullah mengatakan,

أن المن والأذى بالصدقة كبيرة من كبائر الذنوب؛ وجه ذلك: ترتيب العقوبة على الذنب يجعله من كبائر الذنوب

“Perbuatan mengungkit-ungkit pemberian dan menyakiti dalam melakukan sedekah (pemberian) [1] termasuk dalam dosa besar. Sisi pendalilannya, karena disebutkannya hukuman setelah menyebutkan dosa (tertentu) menjadikan dosa tersebut sebagai dosa besar.” (Tafsir Surat Al-Baqarah, Asy-Syamilah)

[Selesai]


@Puri Gardenia i10, 7 Syawal 1440/11 Juni 2019

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id


Catatan kaki:

[1] Di antara bentuk perbuatan “menyakiti” dalam melakukan pemberian adalah memberikan sedekah dengan cara dilempar sehingga orang yang diberi sedekah tampak dihinakan.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/47204-jangan-mengungkit-ungkit-pemberian.html

Via HijrahApp

BERAWAL DARI ISTRI SHALIHAH

°°BERAWAL DARI ISTRI SHALIHAH°°


Bagaimanakah seseorang bisa mendapatkan anak yang shalih?

Ternyata semua itu berawal bukan sedari mendidik anak ketika telah lahir. Namun faktor utama adalah pada istri yang shalihah. Karena istri adalah madrasah awal di rumah.

Kalau suami salah memilih atau membina istri menjadi baik, maka keadaan anakmu ikut serba salah. Kalau suami menyerahkan pada istri yang shalihah, anaknya jelas ikut shalih.

Karena yang sehari-hari bertemu dengan anak di rumah adalah ibunya. Makanya orang Arab mengatakan,

الأُمُّ هِيَ المدْرَسَةُ الأُوْلَى فِي حَيَاةِ كُلِّ إِنْسَانٍ

“Ibu adalah sekolah pertama bagi kehidupan setiap insan.”

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ

“Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.” (QS. Al-Baqarah: 221)

Kalau istri shalihah yang dipilih pasti akan mendapatkan keberuntungan. Karena,

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi”. (HR. Bukhari, no. 5090 dan Muslim, no. 1446; dari Abu Hurairah)

Istri juga harus baik akhlaknya dan benar-benar berpegang pada agamanya. Cobalah lihat penilaian kaum Maryam kepada Maryam ketika ia melahirkan Isa tanpa bapak,

يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا

“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.” (QS. Maryam: 28)

Maksud ayat tersebut adalah bapak Maryam itu adalah orang shalih, tak mungkin anaknya adalah orang yang berperilaku jelek. Ibunya pun wanita shalihah, tak mungkin anaknya menjadi wanita pelacur.

Jadi awalnya dari orang tua, anak itu menjadi baik.

Bagi yang sudah terlanjur, tinggal memperbaiki diri. Moga dengan istri menjadi baik, keadaan anak pun menjadi baik.

Namun sebenarnya bukan hanya dari istri, suami juga memegang peranan. Suami hendaklah yang baik. Sehingga keduanya akan mendapatkan anak yang shalih/shalihah.

Semoga Allah memberkahi keluarga kita menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.

 

Referensi:
Fiqh Tarbiyah Al-Abna’. Cetakan tahun, 1423 H. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Dar Ibnu Rajab


Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal 


Sumber https://rumaysho.com/12520-berawal-dari-istri-shalihah.html