Senin, 15 Februari 2016

PEREKONOMIAN JANGKA PENDEK



BAB I
PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan dalam makalah ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penulisan yang akan dipaparkan sebagai berikut:
1.1  Latar Belakang
Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang terus menerus bertumbuh, tanpa satu tahun atau bahkan satu triwulan tidak mengalami penurunan. Pertumbuhan ini tersebut disertai stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka luas neraca perdagangan dan neraca pembayaran mengalami surplus yang baik. Sebagian besar ahli makroekonomi percaya bahwa perbedaan penting antara jangka pendek dan jangka panjang adalah perilaku harga. Pada harga panjang harga bersifat fleksibel dan bisa menanggapi perubahan dalam penawaran atau permintaan. Dalam jangka pendek banyak harga yang bersifat “kaku” pada tingkat yang ditentukan sebelumnya, karena harga berperilaku secara berbeda alam jangka pendek dibanding dalam jangka panjang, maka kebijakan ekonomi memiliki dampak yang berbeda pada selang waktu yang berbeda.
Perekonomian bekerja cukup berbeda apabila harga bersifat kaku. Dalam hal ini, sebagaimana kita lihat output juga bergantung pada permintaan terhadap barang dan jasa. Permintaan, sebaliknya dipengaruhi oleh pandangan konsumen tentang prospek ekonomi, pandangan perusahaan tentang keuntungan dari investasi baru serta kebijakan fiskal dan moneter. Karena kebijakan moneter dan fiskal bisa mempengaruhi output perekonomian selama horizon waktu ketika harga bersifat kaku, kekakuan harga menyediakan dasar pemikiran mengapa kebijakan ini berguna dalam menstabilkan perekonomian jangka pendek.
Ekuilibrium jangka pendek dari perekonomian adalah perpotongan kurva permintaan agregat dan kurva penawaran agregat jangka pendek horisontal ini. Hal ini, perubahan permintaan agregat memengaruhi tingkat output. Pada jangka panjang perekonomian dengan sendirinya berada pada perpotongan kurva penawaran agregat jangka panjang dan kurva permintaan agregat. Hal ini karena harga-harga telah disesuaikan pada tingkat ini, kurva penawaran agregat jangka pendek memotong titik ini pula.
1.2  Rumusan Masalah
1.   Bagaimana horizon waktu dalam makroekonomi?
2.   Bagaimana model penawaran dan permintaan agregat itu?
3.   Apa persamaan kuantitas sebagai permintaan agregat?
4.   Bagaimana pergeseran permintaan agregat?
5.   Bagaimana tentang kurva penawaran agregat vertikal (jangka panjang) dan horisontal (jangka pendek)?
1.3  Tujuan Penulisan
1.   Mengetahui tentang horizon waktu dalam makroekonomi.
2.   Mengetahui model penawaran dan permintaan agregat.
3.   Mengetahui persamaan kuantitas sebagai permintaan agregat.
4.   Mengetahui tentang pergeseran permintaan agregat.
5.   Mengetahui tentang kurva penawaran agregat vertikal (jangka panjang) dan horisontal (jangka pendek).










BAB II
PEMBAHASAN
Bagian pembahasan dalam makalah ini menguraikan tentang horizon waktu dalam makroekonomi, model penawaran dan permintaan agregat, persamaan kuantitas sebagai permintaan agregat, pergeseran permintaan agregat, dan kurva penawaran agregat vertikal dan horisontal yang akan dipaparkan sebagai berikut:
2.1 Horizon Waktu dalam Makroekonomi
Perbedaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang
            Sebagian besar ahli makroekonomi percaya bahwa perbedaan penting antara jangka pendek dan jangka panjang adalah perilaku harga. Dalam harga panjang harga bersifat fleksibel dan bisa menanggapi perubahan dalam penawaran atau permintaan. Dalam jangka pendek banyak harga yang bersifat “kaku” pada tingkat yang ditentukan sebelumnya. Karena harga berperilaku secara berbeda alam jangka pendek disbanding dalam jangka panjang, maka kebijakan ekonomi memiliki dampak yang berbeda pada selang waktu yang berbeda. Menurut model klasik, dimana hampir seluruh ekonom sepakat menjelaskan perekonomian dalam jangka panjang, jumlah uang beredar mempengaruhi variable-variabel riil. Dalam jangka panjang, pengurangan 5 persen dalam jumlah uang beredar mengurangi seluruh jumlah harga (termasuk upah nominal) sebesar 5 persen, sedangkan seluruh variable rill tetap sama. Jadi, dalam jangka panjang, perubahan jumlah uang beredar tidak menyebabkan fluktuasi dalam output atau kesempatan kerja.
            Sedangkan dalam jangka pendek, banyak harga tidak menanggapi perubahan kebijakan moneter. Pengurangan jumlah uang beredar tidak langsung menyebabkan seluruh perusahaan memotong upah, semua toko mengubah label harga barangnya, seluruh perusahaan mail-order mengeluarkan katalog baru, dan semua restoran mencetak menu baru. Dengan kata lain, hanya sedikit perubahan langsung dalam banyak harga, atau harga-harga bersifat kaku/sulit berubah (sticky). Kekakuan harga jangka pendek ini menunjukkan bahwa dampak jangka pendek dari perubahan jumlah uang beredar tidaklah sama sebagaimana dampak jangka-panjang. Metode fluktuasi ekonomi harus memperhitungkan kekakuan harga jangka panjang-pendek. Dengan kata lain, selama ketika hrga bersifat kaku, dikotoi klasik tidak lagi berlaku: variable-variabel nominal bisa mempengaruhi variable-variabel rill, dan perekonomian bisa menyimpang dari ekuilibrium yang diprediksi oleh model klasik.
2.2 Model Penawaran dan Permintaan agregat
            Didalam teori makroekonomi klasik, jumlah output bergantung pada kemampuan perekonomian menawarkan barang dan jasa, yang sebaliknya bergantung pada suplai modal dan tenaga kerja serta pada ketersedian teknologi produksi. Ini adalah esensi dari model klasik dasar dan juga model pertumbuhan Solow. Harga fleksibel adalah asumsi penting dari teori klasik. Teori klasik menyatakan, yang kadang-kadang secara emplisit, bahwa harga disesuaikan untuk menjamin bahwa kuantitas output yang diinginkan sama dengan kuantitas yang ditawarkan.
            Perekonomian bekerja cukup berbeda apabila harga bersifat kaku. Dalam hal ini, sebagaimana kita lihat, output juga bergantung pada permintaan terhadap barang dan jasa. Permintaan, sebaliknya dipengaruhi oleh pandangan konsumen tentang prospek ekonomi, pandangan perusahaan tentang keuntungan dari investasi baru serta kebijakan fiskal dan moneter. Karena kebijakan moneter dan fiskal bisa mempengaruhi output perekonomian selama horizon waktu ketika harga bersifat kaku, kekakuan harga menyediakan dasar pemikiran mengapa kebijakan ini berguna dalam menstabilkan perekonomian jangka pendek.
            Meskipun ,model penawaran dan permintaan agregat menyerupai model penawaran dan permintaan untuk barang tunggal, namun analogi ini tidak tepat sama. Model penawaran dan permintaan untuk barang tunggal hanya memperhatikan satu barang dalam perekonomian yang besar. Sebaliknya, seperti yang akan kita lihat sekilas interaksi tersebut dengan mengkaji model dalam bentuk paling sederhana. Permintaan Agregat (aggregate demand, AD) adalah hubungan antara jumlah output yang diminta dan tingkat harga agregat. Dengan kata lain, kurva permintaan agregat menyatakan jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli orang pada setiap tingkat harga.
2.3 Persamaan Kuantitas sebagai Permintaan Agregat
MV = PY,
dimana M adalah uang beredar, V adalah perputaran uang, P adalah tingkat harga, dan Y adalah jumlah output. Jika perputaran uang adalah konstan, maka persamaan ini menyatakan bahwa jumlah uang beredar menetukan niali nominal output, yang apada akhirnya merupakan produk dari tingkat harga dan jumlah output. Persamaan kuantitas dapat ditulis kembali dalam bentuk penawaran dan permintaan untuk keseimbangan uang rill:
M/P = (M/P)d = kY,
dimana k = 1/V adalah parameter yang menetukan berapa banyak uang yang orang ingin pegang untuk setiap dolar pendapatan. Dalam bentk ini, persamaan kuantitas menyatakan bahwa penawaran dari kseimbangan uang rill M/V sama dengan permintaan (M/V)d dan bahwa permintaan adalah prposional output Y. perputaran uang V  adalah”sisi lain” dari parameter permintaan uang k. asumsi perputaran uang konstan sama dengan asumsi bahwa permintaan untuk keseimbangan uang rill untuk tiap satuan output adalah konstan.
            Diasumsikan untuk setiap jumlah uang beredar M dan perputaran V tetap, persamaan kuantitas menghasilkan hubungan negatif antara tingkat harga P dan outpu Y. Gambar berikut menunjukkan kombinasi P dan Y yang memenuhi persamaan kuantitas yang mempertahankan M dan V konstan. Kurva menurun kebawah ini disebut kurva permintaan agregat.



Tingkat harga, P






                                    Pendapatan, output, Y
2.4 Pergeseran dalam Kurva Permintaan Agregat
Kurva permintaan agregat dibuat untuk nilai dari jumlah uang beredar yang tetap. Dengan kata lain, kurva tersebut menyatakan kombinasi yang mungkin dari P dan Y untuk nilai M tertentu. Jika Fed mengubah jumlah uang beredar, maka kombinasi yang mungkin dari P dan Y berubah, yang berarti kurva permintaan agregat bergeser. Sebagai contoh , perhatikanlah apa yang terjadi jika Fed mengurangi jumlah uang beredar .  Persamaan  kuantitas MV=PY,  menyatakan bahwa pengurangan jumlah uang beredar menyebabkan pengurangan proposionalndalam nilai nominal output PY. Untuk setiap tingkat harga, jumlah output adalah lebih rendah, dan untuk jumlah ouput berapapun, tingkat harga adalah lebih rendah. Sebagaimana terlihat dalam 9-6 (a), kurva permintaan agregat yang menghubungkan P dan Y bergeser ke kiri.
            Hal sebaliknya terjadi jika Fed meningkatkan jumlah uang beredar. Persamaan kuantitas menyatakan bahwa kenaikan dalam M menyebabkan kenaikan dalam PY. Untuk setiap tingkat harga, jumlah output adalah lebih tinggi, dan untuk jumlah output berapapun, tingkat harga adalah lebih tinggi. Sebagaimana ditujukkan dalam gambar 9-6 (b), kurva permintaan agregat bergeser ke kanan. Meskipun teori kuantitas memberikan dasar yang sangat sederhana untuk memahami kurva permintaan agregat, kenyetaan sesungguhnya jauh lebih rumit. Fluktuasi dalam jumlah uang beredar bukanlah satu-satunya fluktuasi permintaan agregat. Meskipun jumlah uang beredar tetap konstan, kurva permintaan agregat bergeser jika beberapa peristiwa menyebabkan perubahan perputaran uang. Dalam dua bab berikutnya, kita membangun model permintaan agregat yang lebih umum, biasa disebut dengan model IS-LM, di mana kita akan lihat berbagai sebab yang mungkinmembuat kurva permintaan agregat bergeser.
Gambar 9-6
(a)   Pergeseran Kurva Permintaan Agregat Ke Kiri.
Tingkat harga, P
                                   




 
                                                                Pendapatan, output, Y
(b)   Pergeseran Kurva Permintaan Agregat Ke kanan.
Tingkat harga, P




                                                                Pendapatan, output, Y
Pergeseran dalam Kurva Permintaan Agregat perubahan jumlah uang beredar menggeser kurva kurva permintaan agregat. Pada bagian (a), penurunan jumlah uang beredar M mengurangi nilai nominal ouput PY. Untuk setiap tingkat harga tertentu P, output Y lebih rendah. Karena itu, penurunan jumlah uang beredar menggeser kurva permintaan agregat ke kiri dari AD1 ke AD2. Pada bagian (b), kenaikan jumlah uang beredar M meningkatkan nilai nominal output PY. Untuk setiap tingkat harga P, output Y lebih tinggi. Karena itu, kenaikan jumlah uang beredar menggeser kurva permintaan agregat ke kanan dari AD1 ke AD2.
2.5  Kurva Penawaran Agregat Vertikal (Jangka Panjang) dan Horisontal (Jangka Pendek)
a.       Kurva Penawaran Agregat Vertikal (Jangka Panjang)
Karena model klasik menjelaskan bagaimana perekonomian berperilaku dalam jangka panjang, kita menurunkan kurva penawaran agregat jangka panjang dan model klasik. Jumlah output yang diproduksi tergantung pada jumlah modal dan tenaga kerja yang tetap serta pada teknologi yang tersedia. Untuk menunjukkan hal ini, ada rumus dibawah ini:
                                                Y = F ( )
                                                    = .
Menurut model klasik, output tidak bergantung pada tingkat harga. Untuk menunjukkan bahwa output sama untuk semua tingkat harga, kita gambar kurva penawaran agregat vertical, sebagaimana terlihat pada gambar 9-7. Pada jangka panjang, perpotongan antara kurva permintaan agregat dengan kurva penawaran agregat vertical menetukan tingkat harga.



Gambar 9-7
                        Penawaran agregat jangka-panjang, LRAS   
Tingkat harga, P                                                      




                                                                                  pendapatan, output, Y
Jika kurva penawaran agregat adalah vertikal, maka perubahan dalam permintaan agregat mempengaruhi harga tetapi tidak output.
Kurva penawaran agregat vertikal memenuhin dikotomi klasik, kkarena menunjukkan bahwa tingkat output adalah independen terhadap jumlah uang beredar. Tingkat output jangka panjang ini, Y disebut kesempatan kerja penuh (full-employment) atau tingkat output alamlah (natural). Yaitu, pada tingkat output dimana sumber daya perekonomian dikaryakan sepenuhnya atau yang lebih realistis, dimana pengangguran berada pada titik wajarnya.
b.      Kurva Penawaran Agregat Horisontal (Jangka Pendek)
Model klasik dan kurva penawaran agregat vertikal hanya berlaku dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, sebagian harga bersifat kaku dan tidak menyesuaikan dengan perubahan permintaan. Karena kekakuan harga ini, kurva penawaran agregat jangka pendek tidak vertikal. Misalnya, anggaplah seluruh perusahaan menerbitkan katalog harga dan untuk menerbitkan katalog baru diperlukan biaya banyak. Jadi, seluruh harga tertahan pada tingkat yang sudah ditentukan sebelumnya. Pada harga ini, perusahaan ingin menjual produk sebanyak yang ingin dibeli oleh konsumen, dan mereka mempekerjakan tenaga kerja yang cukup untuk memproduksi jumlah yang diminta. Karena tingkat harga adalah tetap, maka kita tampilkan situasi ini dalam gambar 9-9 dengan kurva penawaran agregat horisontal.
Gambar 9-9
Text Box: Kurva Penawaran Agregat jangka pendek.
Dalam contoh ini. Seluruh harga adalah
tetap dalam jangka pendek. Karena itu,
kurva penawaran agregat jangka pendek
adalah horisontal.
Ekuilibrium jangka pendek dari perekonomian adalah perpotongan kurva permintaan agregat dan kurva penawaran agregat jangka pendek horisontal ini. Dalam hal ini, perubahan permintaan agregat memengaruhi tingkat output. Misalnya, jika Fed tiba-tiba mengurangi jumlah uang beredar, maka kurva permintaan agregat bergeser ke kiri sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 9-10.perekonomian bergeser dari perpotongan permintaan agregat dan penawaran agregat lama, titik A, ke perpotongan baru, titik B. Pergeseran dari titik A ke titik B menunjukkan penurunan output pada tingkat harga tetap. Jadi, penurunan permintaan agregat mengurangi outputdalam jangka pendek karena harga-harga tidak disesuaikan secara instan. Setelah penurunan yang tiba-tiba dalam permintaan agregat, perusahaan tertahan dengan harga yang terlalu tinggi. Dengan permintaan rendah dan harga tinggi, perusahaan menjual lebih sedikit produk, sehingga mengurangi produksi dan memecat pekerja. Perekonomian mengalami resesi.
Sekali lagi, perlu diingat bahwa kenyataan yang sesungguhnya lebih rumit dari yang diilustrasikan. Meskipun kebanyaka harga kaku dalam jangka pendek, beberapa haga mampu merespon cepat terhadap situasi yang berubah. Gambar 9-10 mengilustrasikan bahwa semua harga kaku
Dari jangka pendek ke jangka panjang
Selama periode waktu yang panjang, harga-harga adalah fleksibel, kurva penawaran agregat adalah vertikal, dan perubahan permintaan agregat mempengaruhi tingkat harga tetapi tidak output. Selama periode yang pendek, harga-harga adalah kaku, kurva penawaran agregat adalah datar, dan perubahan permintaan agregat memengaruhi output output barang dan jasa perekonomian.
Bagaimana perekonomian melalukan transisi dari jangka pendek ke jangka panjang? Anggaplah perekonomian pada awalnya berada dalam ekuilibrium jangka panjang, seperti ditunjukkan dalam gambar 9-11.
Ekuilibrium jangka panjang
Dalam jangka panjang perekonomian dengan sendirinya berada pada perpotongan kurva penawaran agregat jangka panjang dan kurva permintaan agregat. Karena harga-harga telah disesuaikan pada tingkat ini, kurva penawaran agregat jangka pendek memotong titik ini pula.
Dalam gambar ini, ada tiga kurva: kurva permintaan agregat, kurva penawaran agregat jangka panjang, dan kurva penawaran agregat jangka pendek. Ekuilibrium jangka panjang adalah titik dimana permintaan agregat memotong kurva penawaran agregat jangka panjang. Harga-harga telah disesuaikan untuk mencapai ekuilibrium ini. Karena itu, ketika perekonomian berada dalam ekuilibrium jangka panjangnya, kurva penawaran agregat jangka pendek harus memotong titik ini.
Sekarang, anggaplah bahwa Fed mengurangi jumlah uang beredar dan kurva permintaan agregat bergeser ke bawah, sebagaimana terlihat dalam gambar 9-12.
Text Box: Penurunan permintaan
agregat menurunkan output
dalam jangka pendek tapi
dalam jangka panjang
hanya berpengaruh
terhadap tingkat
Dalam jangka pendek, harga adalah kaku, sehingga perekonomian bergerak dari titik A ke titik B. Output dan kesempatan kerja turun di bawah tingkat alamiah, yang berarti perekonomian mengalami resesi. Selama itu, dalam menanggapi permintaan yang rendah, upah dan harga turun. Penurunan tingkat harga yang berangsur-angsur ini menggerakkan perekonomian ke bawah sepanjang krva permintaan agregat ke titik C, yang merupakan ekuilibrium jangka panjang yang baru. Pada ekuilibrium jangka panjang yang baru itu (titik C), output dan kesempatan kerja kembali ke tingkat alamiah, tetapi harga menjadi lebih rendah dibandingkan dalam ekuilibrium jangka panjang yang lama (titik A). Jadi, pergeseran permintaan agregat mempengaruhi output dalam jangka pendek, tetapi pengaruh ini berkurang sepanjang waktu ketika perusahaan menyesuaikan harga-harganya.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dalam jangka panjang, pengurangan 5 persen dalam jumlah uang beredar mengurangi seluruh jumlah harga (termasuk upah nominal) sebesar 5 persen, sedangkan seluruh variable rill tetap sama. Jadi, dalam jangka panjang, perubahan jumlah uang beredar tidak menyebabkan fluktuasi dalam output atau kesempatan kerja. Sedangkan dalam jangka pendek, banyak harga tidak menanggapi perubahan kebijakan moneter. Pengurangan jumlah uang beredar tidak langsung menyebabkan seluruh perusahaan memotong upah, semua toko mengubah label harga barangnya, seluruh perusahaan mail-order mengeluarkan katalog baru, dan semua restoran mencetak menu baru. Dengan kata lain, hanya sedikit perubahan langsung dalam banyak harga, atau harga-harga bersifat kaku/sulit berubah (sticky).
Meskipun ,model penawaran dan permintaan agregat menyerupai model penawaran dan permintaan untuk barang tunggal, namun analogi ini tidak tepat sama. Model penawaran dan permintaan untuk barang tunggal hanya memperhatikan satu barang dalam perekonomian yang besar. Sebaliknya, seperti yang akan kita lihat sekilas interaksi tersebut dengan mengkaji model dalam bentuk paling sederhana. Permintaan Agregat (aggregate demand, AD) adalah hubungan antara jumlah output yang diminta dan tingkat harga agregat. Dengan kata lain, kurva permintaan agregat menyatakan jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli orang pada setiap tingkat harga.
Kurva Permintaan Agregat: kurva permintaan agregat AD menunjukkan hubungan antara tingkat harga P dan jumlah barang dan jasa yang diminta Y. kurva itu digambarkan untuk nilai jumlah uang beredar M tertentu. Kurva permintaan agregat miring kebawah; semakin tinggi tingkat harga P, semakin rendah tingkat keseimbangan riil M/P, dan karena itu semakin rendah jumlah barang dan jasa yang diminta Y.
Jika kurva penawaran agregat adalah vertikal, maka perubahan dalam permintaan agregat mempengaruhi harga tetapi tidak output. Kurva penawaran agregat vertikal memenuhin dikotomi klasik, kkarena menunjukkan bahwa tingkat output adalah independen terhadap jumlah uang beredar. Tingkat output jangka panjang ini, Y disebut kesempatan kerja penuh (full-employment) atau tingkat output alamlah (natural). Yaitu, pada tingkat output dimana sumber daya perekonomian dikaryakan sepenuhnya atau yang lebih realistis, dimana pengangguran berada pada titik wajarnya. Dalam jangka pendek, sebagian harga bersifat kaku dan tidak menyesuaikan dengan perubahan permintaan. Karena kekakuan harga ini, kurva penawaran agregat jangka pendek tidak vertikal.
3.2 Kesimpulan
Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang terus menerus bertumbuh, tanpa satu tahun atau bahkan satu triwulan tidak mengalami penurunan. Untuk terciptanya perekonomian yang ideal, maka permintaan dan penawaran yang berlaku dalam suatu negara haruslah stabil, hal ini bisa terjadi jika masyarakat  dalam suatu negara tersebut juga sejahtera. Sejahtera dalam arti bahwa, disertai juga dengan stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka luas neraca perdagangan dan neraca pembayaran mengalami surplus yang baik.  Sehingga tingkat pendapatan masyarakat juga meningkat dan kestabilan permintaan dan penawaran dimsyarakat tercipta.


DAFTAR RUJUKAN
            Mankiw, N. Gregory. 2000. Macroeconomics 4th. New York: Worth Publisher
            Sukirno, sadono. 1997. Ekonomi Makro Edisi Kedelapan. Jakarta: Raja Grafindo

0 comments:

Posting Komentar